"Perfect," ucapnya sambil menggigit pisang goreng itu setelah meniupnya berulang kali. "Kamu nggak mau? Enak loh! Pisangnya manis."
"Takut batuk."
"Nggak akan batuk kalo kamu makannya dikunyah dulu. Cobain deh!"
"Anak singa juga ngerti!"
Dia senyum-senyum lagi sambil meniup pisang gorengnya. Entah kenapa dia sangat menjengkelkan, tetapi juga tidak terkesan sok kenal sok dekat meski kita baru saja berkenalan. Eh, bukan. Bukan berkenalan tapi hanya berbasa-basi. Ya, karena aku dan dia saling tidak menyebutkan nama, jadi itu bukan kenalan kan?
"Serius kamu nggak penasaran buat nanya-nanya aku siapa?" Tanyaku lagi.
"Buat apa? Kamu Ansen kan? Anak IPS-3."
"Kok tahu?" tanyaku pura-pura penasaran.
"Siapa sih yang nggak tahu kamu?"
Jujur, aku tidak kaget dengan tebakannya saat itu. Darimana dia tahu? Ya, mungkin karena memang beberapa kali namaku disebut pada pengumuman  saat upacara bendera. Biasanya namaku disebut bebarengan dengan beberapa nama-nama lain yang memiliki prestasi baik di bidang akademis maupun non akademis seperti bidang olahraga. Aku di bidang mana? Tentu bukan dua-duanya! Karena aku selalu masuk nominasi siswa yang sering terlambat dan memiliki tingkat kehadiran sedikit. Kalau sudah begitu, biasanya surat cinta akan dilayangkan untuk orang tua.
"Duluan ya, Sen." ucapnya buru-buru yang kemudian berlari menghampiri angkot di seberang. "Tehnya udah ku bayar ya!" teriaknya lagi.