Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akhirnya Orangtua Sakti itu Meninggal Dunia dengan Tenang

23 Maret 2016   14:10 Diperbarui: 23 Maret 2016   14:20 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hahaha….Mbah Wiro ada-ada saja…..” jawabku enteng sambil membayangkan apakah Mbah Wiro masih ingat aku dulu pernah pacaran dengan Cipluk anaknya yang kini telah tiada.

“Sudah berapa tahun Bapakmu meninggal?”

“Lima belas tahun Mbah.”

“Ingin aku bermain di sungai bersama Noto, Bapakmu seperti pada jaman Jepang dulu.”

“Nanti pasti akan bertemu kok Mbah…”

“Tapi aku belum berani….dosaku masih banyak.”

Aku hanya diam dan mengira-ira dosa apa yang telah dilakukan Mbah Wiro dan bertanya-tanya apa hal ini yang membuat Mbah Wiro takut mati.

“Kamu punya ilmu*?”tanya Mbah Wiro

“Tak punya Mbah…”

“Kukira punya. Aku juga tak punya….”jawabnya enteng.

Pengakuan ini membuat saya kaget dan bertanya-tanya, mengapa selama ini banyak yang menganggap Mbah Wiro orang sakti. Apakah kisah masa lalu saat terhindar dari tembakan tentara Jepang yang mengejarnya saat dia memberontak bersama teman-temannya. Padahal dua temannya gugur dan telah dimakamkan di TMP di Tumpang Malang. Atau kemampuannya meredakan hujan saat ada hajatan di desa. Atau kepandaiannya menjadi calak atau dukun sunat yang pernah dilakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun