Studi literature diselesaikan oleh setiap ilmuwan dengan tujuan utama melacak alasan untuk mendapatkan dan membangun premis hipotetis, sistem penalaran, dan memutuskan anggapan spekulatif atau disebut teori penelitian. Sehingga para ilmuwan dapat memesan, menetapkan, memilah, dan memanfaatkan berbagai macam tulisan di bidangnya.Â
Dengan memimpin sebuah studi penulisan, para spesialis memiliki pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang masalah yang akan diteliti (Diah Kartiningrum 2015).
Data dari studi literature ini berasal dari jurnal dan artikel imiah yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Sehingga, kami dapat meyimpulkan penjelasan yang kami dapat dalam pencarian berbagai penelitian yang ada di dalam studi literatue yang kami cari. Kami juga membuat artikel yang mempermudah pembaca untuk dipahami.
Hasil dan Pembahasan
1. Penjelasan Tari Gandrung dalam membentuk identitas masyarakat banyuwangi
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen, kata 'gandrung' sendiri diartikan sebagai terpesonanya masyarakat blambangan yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani Dewi Sri sebagai Dewi padi yang memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,
Kesenian ini masih sejenis dengan kesenian lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, yang melibat kan Wanita penari professional yang bertubuh indah yang menari Bersama tamu, terutama tamu laki-laki yang diiringi oleh musik gamelan, tarian ini dilakukan dengan berpasangan antara perempuan(penari) dan laki laki(pemaju)yang dikenal sebagai paju dengan musik khas daerah sana yang menjadikan gandrung sangat indentik dengan masyarakat banyuwangi, sampai sekarang kota Banyuwangi dijuluki kota gandrung dan kita dapat menemukan patung gandrung di berbagai tempat.
 Menurut sejarah, gandrung pertama kali dibawakan oleh laki laki yang didandani layaknya perempuan, pada awalnya instrument yang mengiringi gandrung lanang ini adalah kendang, namun lambat laun pada tahun 1980 an gandrung lanang mulai menghilang dikarenakan adanya ajaran islam yang melarang tranvestisme,gandrung lanang benar benar berakhir pada tahun 1914 setelah kematian penari terakhirnya yaitu alm.marsan.
Sementara itu gandrung wanita pertama yang terkenal yaitu gandrung semi,semi sendiri adalah seorang anak kecil yang berusia 10 tahun , pada tahun 1895, menurut cerita para leluhur, waktu itu semi menderita penyakit yang cukup parah, berbagai cara sudah dilakukan oleh keluarga semi tapi tidak membuahkan hasil termasuk membawa semi ke dukun tetap saja tidak berhasil, sehingga ibu semi yang bernama mak midhah bernazar yang berbunyi "Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing" yang berarti (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi) seperti kata guru guru kita bahwa doa ibu selalu manjur, semi pun sembuh dan dijadikan seblang sekaligus dibukanya babak baru ditarikannya gandrung oleh wanita
Pada akhirnya gandrung yang dibawakan oleh semi ini diikuti oleh adik adiknya ,mereka menggunakan nama depan gandrung sebagai nama panggung, pada awalnya penari gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung tapi lambat laun pada tahun 1970 an mulai banyak gadis gadis yang mempelajari tari tersebut hingga saat ini
 Adapun Tari gandrung yang berupa seni musik gandrung berupa Instrumen yang mengiringi tari gandrung juga sangat unik, alat musiknya sendiri terdiri dari satu buah kempul atau 'gong', satu buah kluncing, dua buah biola,dua buah kendang dan sepasang kethuk, dan didalam pertunjukan selalu ada penyemangat atau yang dinamakan 'kudhang' yaitu orang yang memberi semangat atau orang yang menambahkan efek kocak