Ketika seni mulai bergeliat, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah memperkuat organisasi yang menyatukan para pelaku seni, yaitu Dewan Kesenian Banjarbaru.
Berdasarkan pengalaman organisasi di kampus, Godong Kelor bergerilya di belakang layar masyarakat seni Kota Banjarbaru, hingga kembali terlaksana Musyawarah Seniman (Musen) di Kota Banjarbaru pada 2006, dan terpilih Ogi Fajar Nuzuli sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarbaru.
Singkat cerita tentang Godong Kelor, seperti kebanyakan organisasi lainnya, setelah empat pendirinya pensiun dari Godong Kelor, karena kesibukan pekerjaan atau kembali kekampung halaman, aktivitas generasi pengurus selanjutnya di Godong Kelor semakin menurun, hingga akhirnya vakum.
***
Â
Aku sendiri pada Desember 2005, direkrut oleh Radio Nirwana untuk menjadi penyiar program seni budaya yang bernama Lanting Banjar bersama Ka’i Cukuk (Mukhlis Maman dan Diah Purnama Sarie), otomatis aktivitasku lebih banyak di Banjarmasin.
Di Radio Nirwana idealisme bisa berkembang baik, karena didukung penuh oleh Pimpinannya (Indra Hardjadinata), yang memang menjadikan Radio Nirwana sebagai Radionya Urang Banjar.
Banyak tawaran dari Radio FM lain untuk bergabung dengan mereka, termasuk Radio M di Martapura. Tapi, saat itu aku tetap dengan Radio Nirwana.
Setelah sekitar empat tahun menjadi menjadi penyiar seni budaya di Radio Nirwana, pimpinannya pensiun. Selanjutnya digantikan oleh anaknya. Pemikiran anaknya, berbeda dengan bapaknya. Sang anak banyak memangkas jam siaran program seni budaya, hingga akhirnya menghentikannya, termasuk Lanting Banjar. Dan Nirwana FM pun kehilangan rohnya sebagai radio orang banjar.
Selepas Radio Nirwana FM, pada Agustus 2010, SKH Mata Banua menarik aku untuk menjadi wartawan, dan atas keinginan Redaktur Halaman Kota (Zainal Hilmie), aku diposisikan sebagai wartawan seni budaya dan pendidikan.
***