Mohon tunggu...
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

A.Rahman Al Hakim, nama pena ARAska ARASKata ARASKA Banjar. Profesi Jurnalis di Kalsel, Pelaku seni, Aktivis Lingkungan dan Aktivis Seni Budaya Sosial Pendidikan, serta menjadi Terapis di Lanting Banjar Terapi. Domisili di Banjarmasin, Kalsel. Facebook araska araskata. Email araska.banjar@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Korban Idealisme ataukah Pengorbanan Idealisme!

7 April 2016   21:14 Diperbarui: 26 Mei 2016   01:28 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika seni mulai bergeliat, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah memperkuat organisasi yang menyatukan para pelaku seni, yaitu Dewan Kesenian Banjarbaru.

Berdasarkan pengalaman organisasi di kampus, Godong Kelor bergerilya di belakang layar masyarakat seni Kota Banjarbaru, hingga kembali terlaksana Musyawarah Seniman (Musen) di Kota Banjarbaru pada 2006, dan terpilih Ogi Fajar Nuzuli sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarbaru.

Singkat cerita tentang Godong Kelor, seperti kebanyakan organisasi lainnya, setelah empat pendirinya pensiun dari Godong Kelor, karena kesibukan pekerjaan atau kembali kekampung halaman, aktivitas generasi pengurus selanjutnya di Godong Kelor semakin menurun, hingga akhirnya vakum.

***

 

Aku sendiri pada Desember 2005, direkrut oleh Radio Nirwana untuk menjadi penyiar program seni budaya yang bernama Lanting Banjar bersama Ka’i Cukuk (Mukhlis Maman dan Diah Purnama Sarie), otomatis aktivitasku lebih banyak di Banjarmasin.

Di Radio Nirwana idealisme bisa berkembang baik, karena didukung penuh oleh Pimpinannya (Indra Hardjadinata), yang memang menjadikan Radio Nirwana sebagai Radionya Urang Banjar.

Banyak tawaran dari Radio FM lain untuk bergabung dengan mereka, termasuk Radio M di Martapura. Tapi, saat itu aku tetap dengan Radio Nirwana.

Setelah sekitar empat tahun menjadi menjadi penyiar seni budaya di Radio Nirwana, pimpinannya pensiun. Selanjutnya digantikan oleh anaknya. Pemikiran anaknya, berbeda dengan bapaknya. Sang anak banyak memangkas jam siaran program seni budaya, hingga akhirnya menghentikannya, termasuk Lanting Banjar. Dan Nirwana FM pun kehilangan rohnya sebagai radio orang banjar.

Selepas Radio Nirwana FM, pada Agustus 2010, SKH Mata Banua menarik aku untuk menjadi wartawan, dan atas keinginan Redaktur Halaman Kota (Zainal Hilmie), aku diposisikan sebagai wartawan seni budaya dan pendidikan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun