"Iya, Om Arya...."
Meski demikian, Charaka tak menuruti kata-kata Arya. Jalanan berliku tadi sudah berakhir. Guncangan akibat jalan rusak dan berlubang sudah tak berasa. Dia asyik melihat pemandangan padi menguning di balik kaca. Hmm, jadi ini Bengkulu?
Arya mengeraskan volume tape. Lagu "Ikan Pais" yang entah sudah berapa puluh kali diputar selama 2 jam perjalanan dari Lubuk Linggau, kini sudah mencapai bagian refrein.
Rasonyo oy lemak nian , badan keringek rintik rintik
Nasi sepiring sudah habis, raso ndak tambuh
Rasonyo oy lemak nian, badan keringek rintik rintik
Sambalnyo pedeh nambuh lagi, habis segalo...
Charaka tersenyum, menahan gelaknya. Dia mengerti makna lirik lagunya kali ini. Jadi lagunya tentang makanan? Ikan Pais. Seperti apa rasanya? Charaka bertanya dalam hati karena belum pernah mencicipinya. Makanan yang membuat badan berkeringat bintik-bintik kala memakannya, serta merangsang keinginan untuk tambah... Hmm, sepertinya layak dicoba.
*
Nandita buru-buru keluar begitu mendengar suara mobil memasuki halaman. Gadis bertahi lalat di sudut mata itu tak sabar menyambut Boss besarnya. Pak Aryadinata, pemilik rumah megah yang ditinggali Nandita itu memang sudah jauh-jauh hari mengatakan akan pulang. Mungkin lebih tepatnya singgah, karena Pak Arya tak pernah menginap lebih dari dua malam.
"Selamat Pagi, Pak," sambut Nandita begitu Arya keluar dari Toyota Alphard-nya. Dia mencium tangan Arya laiaknya ayah sendiri. .