“Ndak ada tapi-tapian! Kalau kamu malu, hiduplah dengan rasa malumu. Tapi kamu harus ingat, kamu makan, kamu bisa sekolah, bisa kuliah, sampai jadi ‘orang’ begini itu dari hasil ibumu ini ngemis dari dulu! Ingat itu!” Perempuan itu lantas pergi tanpa berbalik, mengabaikan putra yang menyerukan “Ibu...,ibu,” berulang kali.
Ketika perempuan tua itu menghilang di belokan, tinggallah lelaki termenung seorang diri. Cukup lama dia berdiri sediam patung Budha, sebelum akhirnya menyadari jalanan sekitarnya berpotensi macet akibat parkir sembarangan. Saat dia berbalik untuk membuka pintu mobilnya, wajahnya terlihat sekilas oleh Ezra yang masih sembunyi di dekat pot setinggi tubuhnya. Dia Revangga, Pak Dosen Tampan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H