"Aku dan rombonganku masih memerlukan sarana dan ubo rampe untuk hidup sementara di awal kami tinggal", kata Pulanggeni.Â
"Jangan khawatir. Telah kusiapkan semuanya untuk kedatangan kalian. Ini terimalah sebagian di muka", ujar Baruklinting. Dia menyerahkan sejumlah kantung berisi uang kepeng perak dan emas kepada Pulanggeni.Â
Pemimpin gerombolan Nogo Kemuning itu gembira hatinya dan menerima pemberian itu. Dia ingin segera pulang kembali ke Selo Merbabu untuk menjemput dan mempersiapkan kepindahan gerombolan Nogo Kemuning ke Mangir.Â
"Baiklah. Jangan berlama-lama. Tanpa mengurangi rasa hormatku, segeralah kembali ke Selo Merbabu. Bawalah rombonganmu itu untuk menetap di lokasi yang telah kutentukan itu", ujar Baruklinting kemudian.Â
"Budal", jawab Pulanggeni singkat.Â
Sejenak kemudian. Rombongan kecil Pulanggeni itu pamit dan pulang ke Selo Merbabu. Baruklinting melepas kelima orang tamunya itu di regol halaman depan pendopo Ndalem Koretan. Debu tanah kering beterbangan seiring derap kaki lima kuda yang ditunggangi oleh orang-orang itu meninggalkan halaman pendopo Ndalem Koretan dan lenyap di kegelapan hari yang mulai beranjak malam.Â
"Kita telah mengundang orang-orang itu untuk bergabung sebagai laskar tambahan bagi kekuatan kita di Mangir, dimas Demang Darismanta", ujar Baruklinting kepada Demang Darismanta yang muncul dari pintu belakang rumah pendopo Ndalem Koretan itu. Demang Darismanta telah ikut menyimak segala pembicaraan Baruklinting dan para tamunya sedari tadi, di tempatnya bersembunyi di belakang pendopo rumah itu.Â
"Nuwun inggih, kakang Baruklinting. Saya menyimak", jawab Demang Darismanta singkat.Â
"Apa ubo rampe segala umbul-umbul, bendera dan seragam kuning bagi laskar khusus kita yang kelak menyusup ke Ndalem Wanabayan, telah siap, dimas?"
"Sudah kakang. Bahkan laskar khusus bentukan Ki Gringsing dari perbukitan Menoreh itu, kini sudah berada di suatu tempat tersembunyi. Saya tempatkan mereka di Srandakan Selatan, kakang Baruklinting".Â
"Bagus dimas. Tunggu aba-aba saatnya dariku. Lakukan dalam senyap. Jangan sampai ada kerabat Sentana yang mengetahui gerakan laskar khusus ini, dimas", ujar Baruklinting.Â