Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mabrur

18 Juni 2020   16:28 Diperbarui: 18 Juni 2020   16:21 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Glady on Pixabay.com

Kuhubungi beberapa saudara dekat dan tetangga, tetapi tak kubolehkan mereka mendatangi rumah sakit. Biarlah hanya aku yang sudah kepalang jauh mengurus semua ini. Jika aku butuh sesuatu mereka cukup mengirimkannya lewat jasa kiriman ojek.

Tiga hari menunggui Bulik di rumah sakit, meski tak bisa mendekatinya aku tak tega meninggalkannya pulang. Jarak dari rumah sakit ke rumah Bulik hanya 4 kilometer, aku pulang hanya untuk mandi dan berganti baju lalu berangkat lagi.

Ilustrasi oleh Pixabay.com
Ilustrasi oleh Pixabay.com
Pagi itu, hasil swab menyatakan Bulik positif covid-19. Aku diminta menandatangani segala berkas yang berkaitan dengan protokol penyembuhan. Termasuk menandatangani berkas yang menyatakan setuju atas segala tindakan yang akan diambil pihak rumah sakit jika sesuatu terjadi pada pasien dan tanpa menghubungi pihak keluarga.  

Aku bingung, saat ini memang hanya aku kerabat terdekat. Akan tetapi, jika harus menandatangani berkas itu, bagaimana nantinya jika aku disalahkan oleh keluarga yang lain.

Tak bisa menunggu lama, aku harus segera menandatangani berkas tersebut agar Bulik segera mendapat perawatan yang lebih sesuai. Entah nanti apa yang akan terjadi selanjutnya, saat ini yang aku pikir hanya kesembuhan Bulik, wanita yang telah merawat aku dari kecil.

***
Secarik kertas kuterima dari perawat, di situ tertulis pesan Bulik yang ditujukkan untukku.

[Bulik minta tolong, bagikan saja oleh-oleh haji yang kita beli kemarin. Bulik sudah tahu kalo tahun ini tidak ada pemberangkatan jamaah ke tanah suci. Tapi Bulik tetap ingin berangkat, karena Paklikmu sudah menunggu di sana. Bagikan ke tetangga, terlebih yang membutuhkan. Juga untuk panti asuhan jangan lupa. Sisakan beberapa untukmu, dan saudara lain, ya, Nduk. Sebagai kenang-kenangan dari Bulik.]

Aku membaca sambil meneteskan air mata, bagaimana mungkin Bulik yang terbaring lemah bisa menuliskan pesan dengan tangannya sendiri. Sungguh luar biasa semangatnya, Bulik pasti sembuh, pikirku.

Tak lama berdiam diri, aku pun pulang mengambil barang yang dimaksud Bulik. Beberapa kupercayakan tetangga untuk membagikannya. Beberapa lagi kukirim sendiri langsung ke panti asuhan, setelah kusisakan beberapa untukku dan saudara lain.

Kuminta anak panti untuk ikut mendoakan kesembuhan Bulik. Sebagaimana selama ini, Bulik selalu mengunjungi mereka untuk berbagi sedikit rezeki dan minta doa mereka untuk kesehatan dan rezeki yang berkah.

Malam itu, usai membagikan semua barang sesuai dengan keinginan Bulik, aku merasa sangat lelah dan ingin tidur di rumah. Semalam saja mungkin tak akan berpengaruh, pikirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun