Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Pinus Biasa

17 Maret 2020   09:43 Diperbarui: 17 Maret 2020   09:42 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 "Duhai Rama yang memesona, inilah Adinda datang dengan membawa bunga. Ini bunga bukan sembarang bunga. Ini bunga adalah pinus asli. Ini rasa bukan sembarang rasa. Ini rasa serius dari hati. Oh, Kakanda, sudikah menerima bunga dari Dinda? Bunga rasa dalam jiwa, yang terlanjur suka pada Kakanda." Kuindahkan suara untuk membujuk Rama dengan puisi.

Rama ternganga, diam seribu bahasa. Senior  yang lain tertawa terbahak.

"Rama. Segera terima cinta itu bocah! Jangan suka mainin perasaan perempuan, lho, ya!" Kak Budi menimpali.

Oh Tuhan, terima kasih, sudah kujalankan tugas dari Kak Indah dengan baik.

Dari jauh Kak Indah tertawa terbahak, melihat raut wajah Rama merah padam. Senior lain ikut bahagia, melihat aku sukses bermain drama.


*** 


Hari itu, aku pulang lebih akhir. Ada yang belum selesai kusalin.

Di depan gerbang sekolah, kulihat Rama masih berdiri di sana.

"Kok, baru pulang? Ada yang ketinggalan?" sapa Rama.

"Iya, Kak, hatiku."

"Tertinggal di mana?" Rama kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun