Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Membaca Narasi Jokowi Soal Kabinet

10 Juli 2019   18:15 Diperbarui: 11 Juli 2019   10:08 12909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Nasional Dengan Dasar Preambule UUD 1945

Pendidikan Nasional masih jadi problem nasional, bahkan pembangunan alam bawah sadar pendidikan nasional masih jadi pertanyaan besar, apakah kita masih menciptakan sekolah sebagai sebuah "Pabrik Yang Mencetak Pikiran Generasi Masa Depan", apakah sekolah menjadi sebuah alat raksasa pembebasan manusia terhadap keterkungkungan.

Kita masih bertanya pula, apakah pendidikan kita masih menjadi sebuah kepanjangan kepentingan "Politik Etis Belanda" atau malah menjadi sebuah bagian gerakan progresif pembebasan manusia ala Paulo Freire dan Ki Hadjar Dewantara.

Perkembangan agresivitas politik identitas di tengah tengah pendidikan kita juga harus diperhatikan. "Wajah Pendidikan Negara" haruslah tunggaol yaitu : "Wajah Nasionalisme", identitas lain di luar Nasionalisme akan menimbulkan aneka persepsi. 

Sementara tugas yang penting dalam preambule atau pembukaan UUD 1945, "Mencerdaskan kehidupan bangsa" ini bukan soal bangunan bangunan sekolah tapi sebuah sistem kebudayaan yang ditawarkan pemerintah di tengah masyarakat agar masyarakat mampu bergerak menjadi sebuah komunitas komunitas cerdas bukan komunitas yang rentan atas usaha usaha demagogi apalagi masyarakat yang terjebak dalam kotak kotak pertarungan kekuasaan.

Revolusi Digital 

Revolusi Digital adalah Revolusi terbesar di dunia yang pernah ada, semua keadaan dibalikkan dengan cepat. Anak anak muda bukan lagi mereka dari generasi lama yang tiap pagi membuka lembaran koran, mereka tidak lagi membuka agenda agenda acara TV di koran, bukan lagi mereka yang duduk di depan TV dan hampir semua orang Indonesia hampir secara serentak hapal nama nama TV.

Cara berbisnis mereka bukan lagi di Mall, di Pasar Pasar ataupun Bursa Efek. Mereka hanya memegang smartphone dan transaksi terjadi. Cara pandang mereka bukan lagi bisnis adalah "sebuah ketekunan", tapi bisnis adalah sesuatu yang cepat dan harus berganti. Pola komunikasi mereka bukan pertemuan pertemuan darat, tapi sudah pertemuan dunia maya yang sifatnya massif.

Melihat hal ini, revolusi digital menjadi sangat penting dalam melihat Indonesia modern dan harus disadari Indonesia adalah negara dengan konsumsi Sosial Media tertinggi di dunia. Pergerakan pergerakan baik politik, budaya dan ekonomi bisa secara efektif dilakukan di Sosial Media.

Presiden Jokowi jelas harus mencari menteri khusus dalam bidang revolusi digital. Logika-logika lama tidak lagi bisa digunakan dalam pembangunan Indonesia modern, namun perlu logika baru yang paham bagaimana dunia digital bekerja.

Jakarta, 10 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun