Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Membaca Narasi Jokowi Soal Kabinet

10 Juli 2019   18:15 Diperbarui: 11 Juli 2019   10:08 12909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik Kebudayaan 

Politik Kebudayaan menjadi strategi Jokowi dalam membangun karakteristik Indonesia di masa depan. Kebudayaan bahkan ditempatkan dalam poin ketiga agenda Trisakti Bung Karno. Untuk memahami kenapa politik kebudayaan dengan mengembangkan Budaya Nusantara mengemuka lagi ke publik dan menjadi mesin penting pertumbuhan gerakan muda Indonesia, harus digali maknanya. 

Di masa Orde Baru, kebudayaan diartikan sebuah formalitas dimana kekuasaan menjadi landasannya, bukan lagi "pembebasan" seperti yang dimaknai Bung Karno. Kebudayaan dalam makna pemikiran Bung Karno di Trisakti adalah "Sebuah usaha besar dimana manusia menemui alam pembebasannya berupa kreatifitas dan ketajaman manusia menemukan peradabannya". 

Kebudayaan menjadi arti penting dari konsepsi tiga hal: Politik, Ekonomi, dan Kebudayaan yang berkepribadian.

Presiden Jokowi secara khas selalu bangga menyajikan pakaian pakaian Nusantara. Baru baru di media sosial juga viral tarian flash mob "Beksan Wanara" yang kemudian menjalar diikuti oleh anak anak muda. Kebanggaan anak anak muda terhadap alam Nusantara ini menjadi sebuah "arus balik" kesadaran sehingga menimbulkan suatu "Arus Balik" dimana kesadaran Nusantara menjadi titik sentral alam pikiran anak muda. 

Di sinilah Presiden Jokowi memerlukan Menteri Kebudayaan yang mampu menyusun "Strategi-Strategi Kebudayaan Otentik Nusantara" sebagai bagian terus menerus penggalian kesadaran sejarah.

Character Building dalam Pembentukan Manusia Indonesia 

"knowledge is power, but character is more" Pembangunan Karakter sebagai tugas negara bukan merupakan sebuah intervensi negara artas individu tapi menciptakan situasi-situasi dimana negara mampu menciptakan keadaan dimana rakyat bergulat dan membangun karakternya. Di masa pembentukan Indonesia dan masa Revolusi Bung Karno 1959-1966, tercipta satu karakter manusia Indonesia berani menantang jaman. 

Gerakan pemuda pemuda dalam konflik besar seperti Irian Barat dan Konflik dengan Malaysia di tahun 1960-an menjadi sebuah "arah sejarah" bagaimana jutaan pemuda dan pemudi dibentuk karakternya menjadi "Manusia Pejuang" yang berani bentuk idealisme-nya.

Di masa Orde Baru, karakter manusia Indonesia dibawa ke arah "Pak Turut dan Bu Turut" semua diancam oleh bayonet kekuasaan, kemudian demokrasi membebaskan. Harus dirumuskan kembali "Pembangunan Karakter" yang otentik atas dialektika jaman. 

Di sinilah kemudian peran penting Menteri Bidang Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan mencari strategi strategi baru dan menyebarluaskan menjadi sebuah "Gerakan Bersama" membangun semangat ke-Indonesiaan dalam dunia yang bergerak cepat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun