Anggaran negara yang ketat juga mengurangi laju pertumbuhan di sektor UMKM, sementara Kementerian Koperasi tidak mengalami gebrakan yang berarti. Koperasi hanya menjadi pelengkap "cerita-cerita" ekonomi, belum masuk ke dalam alam realitas pertarungan ekonomi.
Di tahun 2019, sisi lamban UMKM dan Koperasi harus dihilangkan. Presiden Jokowi jelas akan mengambil kebijakan agresivitas UMKM dan Koperasi, langkah ini dilakukan bersamaan dengan pengembangan pasar-pasar tradisional di Indonesia.Â
Pengembangan UMKM dan Koperasi di jaman digital saat ini juga tidak bergantung pada lokasi, namun bisa dikembangan lewat aplikasi-aplikasi internet dan jejaring media sosial dimana konsepnya adalah perdagangan digital, fintech simpan pinjam digital sampai dengan Koperasi Digital. Komunitas komunitas UMKM dan Koperasi tidak lagi merupakan pertemuan pertemuan di darat, tapi juga "jaringan udara", disinilah kemudian nilai agresivitas UMKM dan Koperasi bertemu.
Pengembangan UMKM dan Koperasi bisa dipercepat dengan ikut masuknya ke dalam proyek proyek berbasis anggaran negara. UMKM bisa berkembang bila mendapatkan rantai pekerjaan dari pengerjaan proyek negara atau akibat langsung diadakannya proyek proyek berbasis anggaran negara, demikian juga koperasi. Khusus koperasi pengembangan terhadap hal ini bisa mengikuti negara-negara Skandinavia atau pengembangan Koperasi di Eropa Barat khususnya Jerman.
UMKM memiliki basis anak anak muda mereka berkembang lewat jaman baru, namun Koperasi terkesan "old school", pendidikan koperasi kita lebih pada pendidikan sejarah perkoperasian, ketimbang kesadaran modal soal "crowd funding" ditengah masyarakat, hal inilah yang harus diubah. Dan Jokowi harus mencari orang yang tepat dalam pengembangan UMKM dan Koperasi tersebut.
Politik Luar Negeri dan Arah Baru Strategi Geopolitik Berpandangan Sukarnois
Geopolitik Indonesia selama ini dipengaruhi oleh alam pikiran Orde Baru, dimana keseimbangan Asia Tenggara sangat penting dan tidak mengganggu kepentingan-kepentingan Amerika Serikat dan Inggris.Â
Selama tahun 1969-1999, pandangan ASEAN sebagai sebuah harmoni dimana kerjasama ekonomi dipentingkan dan tidak saling mengganggu secara politik serta tidak adanya pakta pertahanan militer seraya membiarkan pangkalan militer negara adi daya di Singapura dan Filipina bercokol membuat Indonesia seperti "Raksasa Kesepian" di Asia Tenggara.Â
Namun geopolitik saat ini berubah cepat. Amerika Serikat tidak lagi digdaya di Asia Tenggara, begitu juga Inggris. Selain tumbuhnya kekuatan kekuatan ekonomi lokal serta pandangan nasionalisme yang semakin progresif maka peta geopolitik di Asia Tenggara berubah cepat. Ditambah lagi peranan RRC, Rusia dan India dalam pengaruh negara negara di kawasan.
Pandangan geopolitik baru saat ini menutup episode pandangan lama "politik perang dingin", dimana Amerika Serikat dan Inggris habis habisan memagar Asia Tenggara agar jangan kemasukan Red Army Stalin.Â
Pandangan geopolitik saat ini justru menjadikan Indonesia sebagai "Central Kekuatan Politik" di Asia Tenggara dimana kemudian Singapura mendapatkan ekses atas tindakan ini sebagai "Pelabuhan Terkaya di dunia" dan peranan Indonesia, Filipina, Thailand, Myanmar serta Vietnam dibatasi habis.Â