Sebelumnya Dinasti Zhou tadi, di sekitar abad 21 Sebelum Masehi, mereka perantauan Sumaria dari Erlidu tersebut menemukan bumi subur di sekitar bengawan Yellow River dan cabangnya, Sungai Xia, maka di Mesopotamia yang baru inilah mereka mendirikan kerajaan Cina yang pertama, Dinasti Xia di Erlitou dekat Kota Luoyang di Henan sekarang.Â
Mereka merupakan pemasyarakatan pertanian yang mengadaptasi kalender fase bulan yang dibawakan leluhur mereka dari Mesopotamia semula, sejak itulah Tionghoa mempunyai kalender dan disebutnya Kalender Xia atau kalender pertanian, dari inilah yang sekarang disebut Imlek.
Kalender pertanian dari purba kala sudah mengenal 4 musim dalam setahun: Semi, Kemarau, Rontok dan Dingin, dan semulanya setahun itu dimulai pada hari dipertengahan musim Dingin, yaitu yang dikenal sebagai Winter Solstice, disekitar bulan 11 Imlik atau 21/22 Desember kalender umum, dari hari tersebut waktu malam mulai memendek dan matahari mulai terbit lebih pagian, maka dari hari inilah juga dimulai setahun yang baru.Â
Tionghoa menyebutnya ini Hari Tang-ci / Dongzhi dengan kebiasaan makan sup ronde untuk merayakannya, karena ini hari sudah sejak dulu merupakan hari tahun baru.
Dari sejak zaman Xia yang didirikan oleh Raja Yu, Tahun Baru Imlik sudah dirayakan seperti sekarang pada tanggal 1 bulan 1 Kalender Pertanian, tetapi dari zaman ke zaman pernah ada perubahan tanggal tahun baru yang dikarenakan masih mengikuti kalender pertanian purba tersebut, hal ini berlaku pada zaman Dinasti Qin di abad 3 Sebelum Masehi.
Bila diperhatikan dalam upacara Imlek yang khas adalah serba warna merah, menyulutkan petasan dan mengucapkan Sin Cun Kiong Hie. Ini dikarenakan ada kepercayaan yang disebutnya: Nian .
Asal usulnya legenda Nian ini ada ceritanya yang begini.
"Nian" dalam kosa kata Tionghoa berarti "Tahun", satu tahun adalah satu nian. Yang selalu disalah kaprahkan adalah Nian tersebut adalah binatang buas mitos "Xi" .
Konon pada suatu malam tahun baru, semua penghuni pedesaan Mei-hua tersebut pada ribut mengungsi ke atas gunung. Dalam keadaan hiruh-pikuk itu ada seorang pengemis tua yang kebetulan mendatangi desa dan berhenti di depan rumah seorang nenek, dia meminta permisi supaya diperbolehkan untuk dirumahnya berteduh dari kedinginan semalam saja, karena kan rumah dikosongi malam itu.Â
Berkali-kali nenek menasehati supaya segera ikut mengungsi ke gunung saja, karena nanti di tengah malam bakal diamuk binatang buas Xi yang mendarat.Â