Mohon tunggu...
Khairul
Khairul Mohon Tunggu... Freelancer - Reading, Literation, and Creation

Jika saint tidak dapat membuat kita abadi, maka menulis lah jika ingin abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Old Man

21 Agustus 2023   05:02 Diperbarui: 21 Agustus 2023   06:32 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.fizzo.org/

Ratusan ribu tahun yang lalu, ada sebuah legenda tentang pertempuran besar dari berbagai ras, hingga pada akhirnya menewaskan banyak ahli dari setiap ras.

Dunia kultivasi saat itu sangatlah kejam. Dalam setiap tahun akan ada pertempuran besar dari berbagai ras. Akibat pertempuran ini, dunia menjadi sangat kacau.

***************

Saat ini ditengah hutan, seorang pria tua dan seorang anak laki-laki kecil yang baru berusia dua tahun sedang duduk berseberangan. Pria tua itu berpenampilan sederhana. Ia duduk sambil menyampaikan hal penting kepada anak laki-laki itu.

"Chen Ru, ingat baik-baik. Tujuh tahun ini sebelum kepergian kakek, perhatikan semua ajaran kakek!"

"Ennnnnn"

Chen Ru kecil mengangguk polos. Kemudian Old Man mengatakan,

"Ingat! Hal penting yang harus kamu olah meliputi tiga hal" Berhenti beberapa saat, Old Man melirik Chen Ru.

"Hal pertama, mengolah hatimu. Jika hatimu kuat, maka tekadmu tidak akan pernah tunduk pada apapun. Kedua, mengolah pikiranmu. Jika pikiranmu kuat, maka karakter mu akan menjadi lebih bijaksana. Ketiga, mengolah tubuh fisikmu. Jika tubuhmu kuat, maka pondasimu juga akan semakin kuat!"

Old Man melanjutkan, "Dalam jutaan tahun, dari era nenek moyang, era purba, era keemasan dan era kehancuran, hanya dengan tiga hal itulah seseorang akan menjadi ahli tak terkalahkan!"

Old Man sangat serius dalam ajarannya dan Chen Ru terlihat mengingat dengan baik.

"Kakek, haruskah engkau pergi dalam tujuh tahun ke depan?"

Chen Ru tampak murung, mengingat dia hanya memiliki kakeknya selama ini. Ayahnya mati dalam perang dan ibunya juga mati dalam upaya membalas dendam.

Satu tahun yang lalu, kerjaan Feng dan kerajaan Chen berperang habis-habisan. Setelah dua bulan berlalu, kerajaan Chen akhirnya kalah telak. Semua yang dimiliki kerajaan Chen dijarah oleh kerajaan Feng.

Para perempuan dijadikan budak seks, para lelaki dijadikan sebagai budak penambang, sementara Chen Ru pada saat-saat terakhir di hanyutkan ke sungai Shui oleh ibunya.

Old Man menemukan Chen Ru yang masih bayi pada saat itu didalam perahu yang hanyut melewati sungai Shui. Old Man membesarkannya hingga saat ini.

Dalam perahu kecil dimana Chen Ru dihanyutkan oleh sang ibu, terdapat sebuah kotak. Dalam kotak tersebut ada beberapa catatan yang berisi semua cerita dan sejarah yang sudah disiapkan oleh ibunya.

Dalam catatan tersebut, ibunya menjelaskan bahwa ia akan menyamar menjadi selir kerajaan Feng kemudian meracuni raja untuk membalas dendam atas kematian ayah Chen Ru.

Saat ini, Chen Ru membaca catatan lain. Catatan ini sepertinya baru di tulis, namun dia tidak mengetahui bahwa ini ditulis sendiri oleh Old Man.

Catatan yang baru dituliskan oleh Old Man ini menjelaskan tentang kematian ibunya.

Disebutkan bahwa ibu Chen Ru mati sebelum mencapai tujuannya, karena penyamaran sang ibu tertangkap basah oleh pelayan setia kerajaan Feng, hingga akhirnya ia dieksekusi.

Mengetahui cerita ini, Chen Ru kecil tampak sedih dengan kematian kedua orang tuanya pada saat itu, namun Old Man menghiburnya.

Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Chen Ru, Old Man menghela nafas.

"Kakek bukan milik dunia ini dan akan kembali."

Chen Ru tercengang "Ap... Ap... Apa maksud kakek?"

Old Man tersenyum dan berkata.

"Ketika kamu memiliki kekuatan dan kebijaksanaan, kelak kamu akan tahu. Ingatlah ajaran kakek."

"Ya kek," Chen Ru mengangguk dan menjawab penuh tekad.

"Hahahaha baik... baik... kamu cucu yang berbakti."

Old Man tertawa terbahak-bahak melihat tekad Chen Ru, kemudian mengakhiri sesi ajarannya hari ini.

Chen Ru kembali ke pondok kecil. Di samping pondok itu, terdapat sungai terpanjang yaitu sungai Shui, tempat Chen Ru dihanyutkan oleh ibunya. Tak ada seorangpun yang tahu ujung dari sungai itu. Pernah terdengar bahwa akhir dari sungai Shui adalah lautan tak terbatas.

Chen Ru tampak termenung di depan sebuah kotak sebesar 50 centimeter. Selain berbagai catatan, terdapat sebuah cincin yang merupakan tanda identitas raja dari kerajaan Chen.

Chen Ru tampak sedih melihat cincin ditangannya, namun Old Man mengatakan padannya bahwa kematian hanyalah siklus yang tidak patut disesali.

Setelah termenung beberapa saat, ia mulai berjalan menuju rak buku. Terdapat ratusan kitab milik Old Man, mulai dari kitab alkemis, kultivasi, penempaan, hingga panduan berbagai harta karun. Chen Ru sudah menghafal semuanya, namun masih banyak kebingungan dalam hatinya.

Setelah membaca sampai malam dia merasa bosan, lalu berjalan keluar dari pondok, dan menemui Old Man yang sedang berbaring malas, dengan mata terpejam diatas bebatuan di pinggir sungai Shui.

"Kakek, apakah kamu masih punya buku untuk kubaca? Maksudku buku cerita jaman dulu tentang pertualangan para pahlawan, jangan buku yang membosankan itu lagi."

Old Man membuka matanya dan tertawa.

"Hahaha.. Nak, kamu belum tahu arti betapa pentingnya buku-buku kultivasi yang kuberikan. Ingat saja isinya, kelak kamu akan membutuhkannya."

Chen Ru tampak murung dan hanya bisa pasrah. Old Man masuk kedalam pondok, lalu dengan lambaian tangannya semua buku dalam pondok menghilang dan digantikan oleh buku-buku yang baru.

Sudah hampir lima kali Old Man melakukan ini, dan terkadang ia masih takjub dengan kemampuan Chen Ru untuk mengingat segala hal yang ia baca.

"Di sini semua buku adalah pilihan kakek. Semuanya sangat berharga. Karena itu kamu harus menghafal semuanya!"

Setelah Chen Ru melihat deretan buku-buku baru itu, dia sangat bahagia. Namun hanya beberapa detik setelah melihat judul dari ratusan buku ini, ekspresinya berubah cemberut.

"Kek, kenapa semuanya buku tentang kultivasi?"

Jawab Old Man, "Dengarkan apa yang kukatakan, semua buku ini harus kau hafalkan!"

Old Man terlihat memarahi Chen Ru, namun di balik itu nampak ekspresi penuh kasih sayang.

Wajah Chen Ru masam dan ia mulai menghafal. Meskipun buku-buku itu terlihat tidak menarik, ia menurut dan menghafalkan semuanya.

Hari-hari Chen Ru berlalu dengan sangat membosankan. Hingga tujuh tahun kemudian, Chen Ru sudah mulai tumbuh bersemangat layaknya anak yang penuh hasrat akan dunia luar. Sekarang adalah momen penting, juga momen terakhirnya bersama Old Man.

Old Man mengajarkan Chen Ru secara langsung cara berkultivasi dan bagaimana cara menyalurkan energi alam ke dalam sembilan puluh sembilan titik akupunturnya. Ini adalah rahasia terbesar Chen Ru. Pada umumnya manusia biasa hanya memiliki 32 titik akupuntur. Bahkan seorang jenius sekalipun hanya memiliki 42 titik akupuntur.

Old Man berkata, "Jangan buka segel yang telah kutetapkan pada 55 titik akupunturmu, kecuali kamu telah mencapai tingkat kosong."

"Kultivasi dibagi menjadi sepuluh alam yang berbeda, dan dalam satu alam terdapat sembilan tingkat. Alam pertama adalah Qi tingkat kondensi. Dimana seseorang harus membuka titik akupuntur satu persatu menuju dantian. Semakin banyak titik yang dimiliki, semakin besar seseorang dapat menyimpan Qi."

"Selanjutnya, tingkat kedua dari alam Qi adalah Kong. Tingkat ini menyeimbangkan tubuh fisik dengan Qi yang kita serap. Tingkat ketiga adalah Dong. Tingkat ini membuka kebijaksanaan atau lautan pikiran sehingga kelak seseorang dapat memiliki pondasi yang kuat."

Old Man melanjutkan.

"Namun, tidak semua orang memiliki pondasi yang kuat ketika sudah melewati tingkat ketiga ini. Karena pada kultivasi alam yang tinggi, bukan hanya lautan kebijaksanaan yang harus kokoh, namun mental, jiwa, dan karakter seseorang juga harus kuat."

"Godaan bagi seorang kultivator adalah keinginan untuk abadi, memiliki kekuatan secepat mungkin, dan juga merasa kesepian sebab jalan abadi adalah jalan yang sepi, penuh darah dan rintangan. Kita akan menyaksikan kerabat serta orang terkasih mati satu persatu dalam medan perang. Kadang mereka mati konyol dan kita harus menyaksikan itu. Dari semua ini, seperti yang pernah kakek sampaikan, tiga hal penting bagi kultivator adalah hati, pikiran, dan tubuh fisik."

Chen Ru tertidur ketika mendengar Old Man bercerita dengan serius. Old Man melihatnya sambil tersenyum, kemudian dengan sedikit kekuatan mengakat Chen Ru ke dalam pondok.

"Aku harap, beberapa hari kemudian kamu bisa naik ke tingkat kelima. Dengan titik akupunturmu, tingkat kultivasimu lambat dan penuh rintangan."

Old Man bergumam dan menghela nafas.

Waktu tujuh tahun bagi seorang kultivator sangatlah singkat, namun surga sudah mulai merasakan tubuh Old Man.

Bakat Chen Ru dalam segala hal sangat memuaskan Old Man. Namun Old Man mengerti, semakin besar bakat seseorang maka semakin berbahaya ketika dunia mengetahuinya. Old Man mengerti betapa kejamnya dunia kultivator. Dari pertama dirinya melangkah ke jalan seorang kultivator hingga menjelang ajalnya, ia selalu kesepian dan menyendiri. Satu juta tahun ia berkultivasi justru di hari-hari terakhirnya ia menemukan murid yang ia anggap sebagai cucunya sendiri.

Baca lebih lengkaonya disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun