Aku tersenyum sambil menatap mas Indra. “Pelan-pelan kita siapin semunya bu” Jawabku, disambut anggukan mas Indra.
“Rencana Indra sih, pengennya cari EO untuk lamaran dan nikahan sama bu, jadi biar ga repot cari-cari lagi” Mas Indra menjelaskan “Indra yang tugas cari EO nya, nanti gimana-gimananya dilanjutin sama senja.” Sambungnya.
Obrolan malam ini pun berlanjut dan terasa hangat dan manis seperti teh buatan ibu.
***
Sabtu ini, aku kembali ke indomaret untuk mencari ice cream, setelah lelah membantu ibu membereskan rumah. Aku mulai sedikit gugup, karena tanggal lamaran pun semakin dekat.
Tak lama-lama, aku langsung menuju box ice cream untuk memilih ice cream yang cocok dengan moodku hari ini. Minggu ini seharusnya aku sudah menerima daftar EO yang telah dipilih oleh Mas Indra. Namun, hari ini mas Indra masih ada kegiatan lembur.
Aku tersenyum saat melakukan pembayaran dikasir, ku lihat mba Embun sedang duduk sendiri di teras indomaret poin, dengan kopi dan bukunya. Karena aku sedang tidak ada urusan, maka ku putuskan untuk menyapanya.
“Kayaknya kita jodoh ya mba” Kataku sambil duduk didepannya.
Mba Embun tersenyum. Senyum yang selalu membuatku kagum. Entah kenapa, aku hanya merasa , dia adalah orang yang sudah banyak melalui kejadian dan pembelajaran dalam hidupnya, sehingga menjadikan dirinya seperti yang sekarang.
Kami banyak membahas keadaan lingkungan sekitar, membahas kopi, ice cream dan tentang biodata diri masing-masing. Dan ternyata Mba Embun tiga tahun lebih tua dariku, seumuran dengan Mas Indra. Dalam percakapan singkat ini, aku merasa sangat nyaman berbicara dengannya dan sepertinya dia pun merasakan hal yang sama. Kemudian kami pun bertukar nomor WA.
Baik aku dan Mba Embun pun saling mengomentari satus WA satu sama lain. Kadang, kami membahas hal-hal ringan hingga larut malam, dan aku pun semakin ingin mengenalnya, aku merasa memiliki sahabat sekaligus kakak perempuan, betapa menyenangkan.