Mohon tunggu...
Annisa Dinar
Annisa Dinar Mohon Tunggu... lainnya -

Cewek , pemimpi , dan gemar membaca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saat Langit Tak Lagi Sama

13 Desember 2012   09:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:44 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 5

Pertemuan Kembali

"Silahkan duduk Pras , santai saja kalo sama saya" , ucap Emi pada Pras yang tengah berdiri di depan meja kerjanya . Pras tersenyum kecil kemudian mengangguk , menduduki kursi yg berada tepat di seberangnya . Membuat kedua orang itu saling bertatapan muka . Emi tersenyum manis pada pria di depannya itu lalu berdehem sebelum memulai kalimatnya .

"Baiklah....saya langsung aja ya Pras , saya memanggilmu ke sini karena melihat penjualanmu yang paling tinggi dibanding teman-temanmu yang lain " .

"Saya sudah melihat laporan penjualan produk kita selama 5 bulan terkahir kemarin , dan saya nemar-benar salut dengan kerja kerasmu " , Emi menatap Pras dengan wajah senang . Pras pun sepertinya tampak bangga mendengar semua kata-kata atasannya itu .

"Karena itu , saya akan menaikkan jabatanmu , mulai  Senin depan , kamu akan menjabat sebagai manager area kantor kita . Kamu akan membawahi para leader setiap tim penjualan di perusahaan kita " .

Mendengar kabar itu Pras langsung menyunggingkan senyum lebarnya .

"Makasih Bu...."

"Emi...panggil saja saya Emi , saya lihat usia kita gak beda jauh , bahkan kamu lebih tua tiga tahun dari saya . Ahhh....sebaiknya aku juga tidak menggunakan saya lagi untuk membahsakan diriku...biar kamu santai..." .

"Baiklah...Bu....eh maksud aku Emi...terima kasih untuk kepercayaan kamu..." .

"Kamu bakal dapet fasilitas mobil dinas , rumah dinas beserta isinya . Deri akan menunjukkan dimana tempatnya . Aku masih belum mengenal kota ini " , terang Emi yang dijawab degan anggukan Pras .

"Kalau begitu sampai jumpa Senin depan , semoga kamu bisa bekerja lebh baik lagi" , Em mengulurkan tangannya yang langsung dijaba erat oleh Pras .

"Aku yang makasih buat semuanya " , Pras mengatakannya dengan sungguh-sungguh yang dijawab Emi dengan senyum lebar .

Pria itu pun kemudian meninggalkan ruangan tersebut , terlihat dari langkahnya yang mantap , dia pasti sedang bangga akan dirinya sendiri . Begitu pintu ruangannya tertutup , senyum ramah di wajah Emi langsung menghilang .

"Kamu senang Pras?Kalau begitu silahkan menikmati semua hal menyenangkan itu dulu . Aku akan memberimu lebih banyak kebahagiaan dan senyum.....sebelum melukaimu dengan dalam....sama seperti yang kamu lakukan padaku " , ucap Emi datar . Dia lalu menelepon Deri dan memanggilnya ke ruangannya .

Tak lama Deri sudah berdiri di depannya sambil tersenyum .

"Sukses Nyonya....Pras sangat gembira saat ini , dia berencana mentraktir teman-temannya semua Sabtu ini . Apakah Nyonya berencana ikut serta?" , tanya Deri .

"Aku sudah berjanji pada Andrew , bahwa akhir pekan adalah miliknya Deri . Lagi pula aku tak tertarik sama sekali dengan semua itu . Yang terpenting bagiku semua rencanaku lancar dan kamu harus memastikan itu " .

Deri mengangguk yakin mendengar semua kata-kata Emi .

***

Andre tersenyum pada wanita yang tengah duduk di hadapannya itu .

"Asti...kamu pasti tak tahu kenapa aku mengundangmu untuk makan malam saat ini " . Asti mengangguk ragu .

"Tenang saja , aku hanya akan menanyakan beberapa hal , karena ini menyangkut kebahagiaan orang yang aku cintai " .

"Sebaiknya kamu langsung saja mengatakan pokok permasalahannya " , ucap Asti .

" Ahhhh...begitu? Apakah aku harus langsung menanyakannya saja..."

"Aku gak suka basa-basi " , tukas Asti tajam membuat Andrew mengangguk dan tersenyum .

" Baiklahhh.......pertama aku ingin menanyakan motif apa yang membuatmu mengenalkan Pras dengan Kinanti ?" . Mendengar kedua nama itu disebut , mata Asti melebar dan tampak terkejut , sepertinya dia tak pernah mengira akan mendapati pertanyaan ini dari seseorang yag sama sekali dikenalnya .

"Karena reaksimu inilah seharusnya aku tadi berbasa-basi" , Andrew menghela nafas seperti menyesal .

"Kenapa pula kau membuat Pras seakan mati?Membuat Kinanti hidup dalam luka lama yang membunuh dirinya sendiri dengan perlahan?Apakah kamu tak pernah mendengar kata-kata bahwa dunia ini sempit selai sebenarnya?" , desak Andrew . Asti tetap diam tak bergeming mendengar semua itu sebelum memejamkan mata sejenak dan akhirnya menjawab .

"Aku mengenalkannya , karena ingin menarik hatinya...hanya dia penghalang pernikahanku dengan Rama , adiknya . Awalnya Pras bersedia membantuku meraih hatinya , dan mendekatinya agar setidaknya merubah pendapatnya tentangku " .

"Tetapi kemudian Pras pun ketakutan melihat harapan Kinan yang besar sekali terhadapnya . Hingga dia memilih mundur , dan aku mau tak mau harus membuatnya seolah mati . Dan aku pun tak bersama dengan Rama lagi " .

Andrew menggeleng mendengar penjelasan Asti , tak percaya akan alasan bodoh yang didengarnya baru saja .

" Cinta benar-benar bisa membuat orang bertindak bodoh . Sekarang karenamu Kinanti berubah , dia yang terluka karena kehilangan memilih hidup terpisah dari keluarganya , agar mereka tak melihat kesedihannya . Dan sekarang kamu juga membuat hidup Pras akan menderita , karena Kinanti akan membalaskan semua rasa sakitnya pada pria itu " .

"Apa?" , tanya Asti tak percaya .

" Ya...dia sedang menghalalkan segala cara untuk melukai Pras , dan kali ini takkan ku ijinkan kamu mendekatinya lagi . Kamu hanya cukup tahu hal ini , tapi jangan pernah mengacaukan segala rencana Kinan . Hanya aku yang memiliki kesempatan terakhir untuk mengobati lukanya " , Andrew mengingatkan Asti dengan pandangan mengancam .

"Jangan ikut campur urusan kami lagi , dan sebaiknya kamu berdoa . Pras dan Kinan tidak akan hancur!" , Andrew lalu bangkit dari kursinya dan meninggalkan Asti sendiri , duduk terdiam di mejanya .

**

" Hai........kapan kamu sampai Ems?" , tanya Andrew saat mendapati istrinya di dapur rumahnya .

" Sejam yang lalu , kamu kemana sih sampai gak pakai Pak Sulis buat nganter kamu ?" , tanya Emi penasaran .

" Ahhh...istriku ini ternyata kangen padaku , diam-diam kamu kehilangan karena tak mendapati aku di rumah kan?" , godanya . Emi tersenyum kecil tanpa menjawab dan tetap sibuk dengan masakannya dan itu membuat Andrew memeluk Emi dengan erat dari belakang .

"Andrew" , tegur Emi .

"Apa...aku hanya kangen denganmu Ems...." , ucap Andrew membela diri .

"Lepasin aku.....sebaiknya kamu mandi dan ganti baju sana kalau masih mau makan malam denganku " , nada suara Emi terdengar menancam membuat Andrew mau tak mau tertawa kecil lalu mencium pipi istrinya itu dan bergegas pergi ke kamar mereka sebelum mendengar....

" ANDREWWWWW......." , teriak Emi .

*

Asti yang berjalan gontai menuju rumahnya tampak kehilangan harapan dan pikiran . Dia benar-benar menyesali semua hal bodoh yang dilakukannya dulu . Semua hal bodoh yang tak membuahkan hasil apa-apa , dan kini dia malah membahayakan kehidupan Pras . Dia benar-benar cemas sahabatnya itu akan terluka lebih dalam dari pada luka yang dia beri untuk Kinan . Padahal melihat Kinan hampr gila seperti itu membuatnya juga hampir gila dan menyesali semua kebodohannya itu .

"Aku harus memberi peringatan untuk Pras..." , gumamnya seperti tersadar lalu bergegas meraih ponselnya dan memutar nomor telepon Pras . Nadanya tersambung....tetapi tak diangkat sama skali hingga hanya pesan voice mail yang didengarnya . Tapi hanya itu cara untuk mengingatkan Pras .

" Pras...kamu dimana ? Aku harus......." , belum selesai Asti meninggalkan pesan untuk Pras , seseorang sudah membuatnya pingsan dan membawanya pergi dari situ dengan sebuah mobil .

-dinar-131212-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun