Mohon tunggu...
Anjali Nurizki Putri
Anjali Nurizki Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Stay a mistery, it's better.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Alnara's Lion

24 Februari 2021   11:19 Diperbarui: 24 Februari 2021   19:58 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nara?" panggil Citra dengan lembut sambil memandang iba ke wajah adiknya.


Alnara sedang terduduk lemas di tepian kasur sambil memandangi sebuah foto. Air matanya sudah tak dapat ter bendung lagi perlahan air bening itu mengalir satu per satu menelusuri pipi mulusnya berakhir di dagunya dan jatuh di gaun putihnya. Citra terenyuh ia kembali memeluk tubuh lemas adiknya yang sudah seminggu ini tak hentinya menangis.


Foto yang dipandanginya adalah foto seorang wanita paruh baya yang disampingnya terdapat seorang gadis yang cantik dan ceria. Didalam foto itu Alnara tersenyum lebar memeluk ibunya.


Alnara terisak keras dan menangis kencang dalam pelukan Citra. Citra membelai belai punggung Alnara sambil menahan air mata yang sudah menggunung dipelupuk mata sampai Citra tak kuasa menahan tangisnya juga. Akhirnya mereka menangis berdua sesegukan membuat suasana atmosfer kamar itu semakin suram. Dalam peluk mereka berdua tersalurkan emosi untuk saling menguatkan satu sama lain.


Kini Ibunya telah tiada orang yang paling mendukungnya, orang yang selalu ada untuknya, menemaninya, dan melindunginya. Kehilangan sosok ibu menjadi hal yang sangat berat untuk keluarganya apalagi untuk Alnara. Saat Ibunya pergi untuk selama-lamanya, ada lubang yang menganga dalam hatinya yang sudah kusut. Dunia terasa runtuh dan penuh keputusasaan.


"Kak, Ibu janji mau temenin aku kelulusan nanti tapi... ibu malah... ibu pergi... " lirih Alnara sambil terisak.


Kalimat itu terlalu menyakitkan untuk diucapkan. Alnara adalah anak bungsu yang tidak pernah lepas dari ibunya berbeda dengan kakaknya Citra yang tinggal dengan Ayah dan Neneknya di Jakarta sejak kecil ditambah sekarang ia sudah bersuami dan ikut suaminya ke Bandung. Alnara tinggal di Bali dengan Ibunya berdua. Setelah meninggalnya Odah, Ia dan Ibunya menjaga rumah warisan Odah karena ada sesuatu yang terjadi pada Alnara yang menyebabkan ia harus pindah dari Jakarta.

-Flashback on-


Sore itu, Alnara pulang ke rumah sakit dengan senyum lebar di bibirnya setelah ia selesai menyelesaikan lomba melukis di pusat kota dan meraih juara 1 disana. Ini adalah perlombaan tingkat provinsi terakhir yang ia ikuti sebelum masuk SMA. Ia telah berjanji pada ibunya untuk masuk SMA umum setelah menyelesaikan SMP homeschooling. Dengan penuh percaya diri ia masuk ruang inap Ibunya ditemani Om Wayan.


Saat ia masuk, kasur tempat ibunya berbaring disana sudah kosong tidak ada siapa siapa. Kasur itu sudah dibersihkan dengan rapi oleh perawat. Alnara bertanya tanya dimana Ibunya, apa ibunya sudah boleh pulang?


"Om, Ibu dimana?" Tanya nya dengan polos.


Wayan tak kuasa memberi tahu Alnara. Ia tak tega melihat keponakan manisnya itu bersedih.

"Ibu udah pergi Nara" Jawab Wayan singkat.


"Pergi kemana? Kenapa om ga kasih tau Nara?" pertanyaanya menuntut dengan wajah yang kesal.


"Ibu udah beristirahat diatas sana" Jawab Wayan dengan lemas. Ia tahu Alnara akan sangat terpukul mengetahui hal ini. Ia juga syok setelah tahu hal ini beberapa jam yang lalu saat masih mengantar Alnara di tempat lomba.


"Ga mungkin, Ibu gaakan ningalin Nara" Alnara tidak terima dengan kenyataan ini. Ia ingin ini semua hanyalah kebohongan tapi apa boleh buat ini semua kenyataan yang harus Alnara hadapi.


"Om bohong kan om pasti bohong dimana sekarang Ibu?!" Teriaknya histeris didepan Wayan yang diam mematung tak tahu harus apa.


Orang orang disekeliling mereka melihat kejadian tersebut dengan iba. Mereka melihat pergolakan emosi yang kuat antara Wayan dan Alnara.


Alnara berlari keluar menangis sejadi jadinya. Dunia sekan tahu bahwa Alnara sedang berduka dan ikut menurunkan tetesan hujan yang seolah mendukung ia untuk bersedih karena kehilangan ibunya. Suara tangisnya terpedam oleh suara guyuran hujan yang deras. Dari jauh Wayan ikut berlari menghampirinya dan menenangkannya.


"Nara, Ibu bakal sedih kalo Nara nangis terus kaya gini. Nara gamau kan Ibu sedih?" Ujar Citra ditengah pelukan mereka.

-Flashback off-


Seminggu ini Citra selalu ada disamping Nara untuk menemaninya dan menenangkannya disaat Alnara sedang kambuh seperti ini. Citra tau ini sangat berat untuk Alnara. Apalangi Alnara harus pulang ke Jakarta tempat yang sangat ia hindari selama ini. Mereka melanjutkan kegiatan memasukan barang barang Alnara ke kardus.

~~~

Malam itu, Ayah mengajak seluruh keluarga untuk berdiskusi dimeja makan tidak termasuk Fadli suami Citra karena sudah pulang ke Badung untuk mengurusi pekerjaan.


"Ehem, Ayah tahu ini bukan waktu yang tepat tapi Alnara harus sekolah, kamu sudah terlalu lama berada dirumah" Perkataan Ayah yang menjadi pembukaan diskusi kali ini sangat berat untuk Alnara.


"Yah, tapi Alnara masih berduka" Citra menyanggah apa yang dikatakan Ayah dengan Alnara yang hanya bisa diam.


"Semua orang disini juga berduka, Siapa yang tidak berduka? Tapi hidup harus tetap berjalan Alnara. Ayah sudah beri kamu 1 bulan untuk rehat" Tegas Ayah.


Tak ada yang membuka suara setelah itu, Saat Ayah sudah berkata seperti itu berarti mutlak untuknya harus dituruti perkataanya. Alnara jadi teringat biasanya saat seperti ini Ibunya yang selalu membelanya.


"Besok kamu mulai sekolah di SMA umum, Ayah akan mengantar kamu" Tambahnya sambil menghakhiri percakapan ini dan meninggalkan mereka disana.


Semua mengerti, Ayah tidak mampu untuk menyekolahkan Alnara homescholling lagi karena semua uang yang mereka miliki terkuras habis untuk perawatan Ibunya di rumah sakit yang sudah menghabiskan ratusan juta untuk operasi dan rawat inap selama 2 tahun terakhir. Alnara tak bisa membantah, Ia tak bisa lagi menjadi beban keluarganya hanya karena ketidakmampuannya untuk bersosialisasi.

~~~

Ayah terlihat sedang mengobrol dengan seseorang pagi itu, Alnara mengintip sedikit keluar pintu untuk melihat siapa yang sedang asyik mengobrol dengan Ayahnya.


"Iya pak kepsek siap pasti Leo jagain" suara itu berasal dari lelaki jangkung yang sedang mengobrol dengan Ayahnya. Satu informasi yang ia dapat lelaki itu bernama Leo. Tapi siapa yang harus dijaga? Apa yang mereka bicarakan adalah Alnara?


"Nara, ayo keluar kita berangkat" Panggil Ayahnya. Nara keluar dengan menghembuskan nafas. Ia benci harus bertemu orang lain.


"Nara, kenalin ini Leo temen baru kamu" Ucap Ayahnya saat Alnara sudah berada disamping Ayahnya. Siapa bilang dia bisa menjadi temannya? Alnara sangat takut dengan kata teman. Ayah menyenggol bahunya karena terus melamun didepan Leo yang sedang tersenyum menunjukkan lesung pipinya sambil mengulurkan tangannya.


"Nara" Ucapnya kecil sampai semut pun mungkin tidak bisa mendengarnya. Alnara meraih tangan Leo dalam satu detik dan langsung melepasnya. Alnara langsung bergegas masuk kedalam mobil Ayahnya.


Cantik satu kata yang terdengar sayup sayup sebelum ia meninggalkan halaman rumahnya.

Didalam mobil Ayahnya terus mengoceh soal sikap Alnara yang tidak sopan pagi ini dengan meninggalkan lawan bicaranya dan berwajah jutek. Alnara hanya diam memandangi jalanan sambal menopang dagunya. Tiba tiba disamping mobilnya tepatnya sebelah kacanya, Leo menyusul mobilnya menggunakan sepeda melaimbaikan tangan kepada Alnara dan mulutnya seperti mengucapkan Sampai ketemu disekolah ia tak dapat mendengar jelas karena teredam oleh suara music dan suara omelan ayahnya.

Alnara mendapatkan informasi dari Ayahnya bahwa Leo adalah tetangganya dan seorang anak yang baik, Leo suka membantu Ayah disaat diperlukan. Leo telah menunggu kedatangan Alnara dan ingin menjadi temannya. Tapi selama ini Alnara selalu mengurung dirinya dikamar.

Memasuki gerbang sekolah melangkahkan kaki di ubin sekolah umum mungkin hal yang biasa bagi sebagian orang, tetapi tidak untuk Alnara. Ia sudah 6 tahun homeschooling dan tak tahu bagaimana rasanya menjadi siswi SMA pada umumnya. Ia takut terhadap pandangan orang orang kepadanya memori itu tiba tiba mengahantam kepalanya bagai ribuan jarum yang menusuk dan menyakitkan.

Alnara ikut ayah ke kantor yah Ayahnya menhancurkan lamunannya.

Sepanjang lorong jalan menuju kantor Ia tak biasa dengan tatapan orang orang yang seakan merendahkan dirinya dan menganggapnya lemah. Hal ini mengingatkannya pada kejadian 9 tahun yang lalu saat pertama kali dia masuk sekolah dasar umum. Inilah yang menyebabkan Alnara pindah saat kelas 3 SD ke Bali dan mengambil homeschooling. Alnara seorang siswi yang mengalami pembullyan oleh anak anak seumurannya karena ketidakmampuan Alnara untuk berteman dengan yang lain dan selalu menyendiri ditambah Alnara yang cantik dan pintar membuat teman temannya iri kepadanya. Alnara dikucilkan dan direndahkan karena hal tak masuk akal seperti itu. Hal itu berlangsung selama 3 tahun, Ibu melihat perkembangan Alnara setiap pulang sekolah selalu murung bahkan menangis. Terkadang Ibu mendapatkan baju Alnara yang kotor. Setelah ibunya tahu hal tersebut Ia sangat marah besar dan tanpa fikir panjang Alnara dipindahkan dengan Ibunya ke Bali.

Kamu bisa Alnara Ucapnya menyemangati diri sendir

X MIPA 1 Alnara menemukan kelasnya dan langsung masuk kedalam kelas yang disambut oleh tatapan iba dan merendahkan itu lagi dari orang orang yang ada dikelas itu. Satu yang pasti Ia tak melihat ada Leo disitu sedikit kecewa ternyata perkataan Leo dijalan salah. Alnara duduk paling belakang dan tidak mempunyai teman sebangku karena hanya itu yang tersisa. Kelas yang notabennya siswa siswi pintar dan berprestasi. Alnara mendengar bisik bisik orang orang.

"Oh dia anak kepala sekolah pantes masuk sini kelas MIPA 1 lagi"
"Ibunya baru meninggal kasian banget"
"Cantik sih, tapi gak asik keknya"
"Ibunya meninggal, dia stres terus baru masuk seenaknya"
"Paling modal tampang doang"
Dan masih banyak lagi.

Alnara berusaha untuk tidak mendengarkannya seperti apa yang diajarkan Kak Citra selama ini. Alnara akan berusaha untuk lulus dan tidak mengecewakan ayahnya lagi.

Jam istirahat Alnara habiskan dengan menggambar seorang diri dikelas. Ayahnya memberi tahu bahwa Leo berada dikelas IPS 2. Leo tak sepenuhnya salah, mereka memang tak berada dikelas yang sama.

Alnara pulang dengan wajah murung, hari ini sangat berat untuknya. Semua tidak bersahabat dengannya kecuali kucing yang menemaninya menunggu jemputan tadi yang ia beri nama Singa karna hanya itu yang ada dipikirannya saat ia memikirkan Le... eh melihat kucing berwarna orange yang bulunya sangat lebat seperti singa.

Citra masuk kedalam kamar Alnara Gimana hari ini?

Alnara hanya diam dan mengembusan nafas dan Citra tahu apa yang harus Ia lakukan.

~~~

Alnara terbangun karena mendengar suara bising yang berasal dari saping kamarnya, Ia mencoba melihat keluar balkon dan menemukan Leo dan teman temannya sedang asyik bercanda bersama. Tak sengaja Leo melihat hal tesebut dan bergegas keluar tapi Alnara buru buru untuk masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu balkon kamarnya.

Alnara kembali kedalam naik keatas kasur kesayangannya merigkuk menyelimuti diri sambil menangis disamping orang orang yang sedang tertawa. Ia bertanya tanya kenapa ia tak bisa seperti orang lain yang bisa mendapatkan banyak teman satupun ia tak pernah dapat. Selama ini hanya ditemani oleh keluarganya saja yang selalu ada untuknya. Ia cemburu dengan keramaian yang akhir akhir ini selalu menghiasi malamnya disebelah rumahnya.

~~~

Hari ini ayahnya tak dapat mengantarkannya ke sekolah karena harus rapat dinas. Terpaksa Alnara harus naik taksi untuk pergi kesekolah padahal ia sudah sangat telat hari ini dan ia menyesal tak bangun awal. Saat ia berjalan kedepan komplek, Leo dengan sepedahnya berhenti didepan Alnara.

"Mau berangkat bareng?" Tanya Leo.

"Ga usah makasih" jawab Alnara singkat dan melanjutkan perjalanannya.

Leo menyusulnya sambil menyeimbangkan laju sepedanya dengan langkah kaki Alnara. "Tadi aku dapet informasi dari bk katanya yang telat hari ini bakal bersihin wc sekolah"

Alnara mencoba untuk tidak menggubris perkataan Leo.

"Terus lari 10 kali puteran lapangan" Leo masih berusaha.

"Tau gak yang lebih parahnya apa? Gak dikasih minum sampe jam istirahat" Usaha terakhirnya membuhkan hasil, Alnara mau dibonceng Leo kesekolah meskipun mereka tetap telat dan harus dihukum untuk lari 5 kali putaran lapangan.

"Kamu bohong" Ucap Alnara disela larinya bersama Leo.

"Tapi ini lebih mending kan daripada lari sendirian" Ucap Leo dengan percaya diri.

"Bonceng ga dibonceng sama sama telat" Jawabnya tak mau kalah.

"Kamu berat soalnya jadi aku lambat deh hehe" Leo malah cengegesan.

"Iih" kesal Alnara dan mempercepat lajunya yang disusul oleh Leo.

Mereka beristirahat dipinggir lapangan sambil meminum air dalam botol yang selalu Alnara bawa setiap hari.

"Maaf kemarin aku terlalu berisik sampe kamu kebangun" Leo membuka percakapan.

"Gapapa" Jawab Alnara singkat.

"Kamu terlalu tenang Alnara" Leo berbicara dengan frustasi karena lelah mendekati Alnara setiap hari. Namun Alnara tak menunjukkan minatnya untuk berteman dengan Leo.

Akhir akhir ini, setiap pagi Leo selalu menyeimbangkan jam berangkat kesekolahnya dengan Alnara. Leo selalu menunjukan batang hidungnya didepan Alnara setiap hari di sekolah hanya sekedar melewat atau bahkan masuk ke kelas Alnara dengan dalih ingin belajar pelajaran IPA kepada guru kimia yang sedang mengajar di kelas Alnara. Tentu saja hal ini membuat Bu Inah yang terkenal killer memarahi Leo dan membawanya ke ruang bk.

"Aku memang sepi" Kalimat itu seakan menjawab semua pertanyaan Leo selama ini. Alnara kesepian, Ia butuh teman. Ia kira Alnara hanya gadis pemalu, tapi lebih dari itu Alnara menyimpan luka yang sagat besar dalam dirinya.

"Aku sedih kita tidak satu kelas, kamu terlalu pintar sih" Leo manfaatkan keadaan ini untuk mengobrol dengan Alnara. Hal ini sangat langka terjadi.

Alnara menganggap itu sebagai ejekan seperti yang dikatakan orang orang selama ini Aku masuk kelas MIPA 1 karena Ayah Alnara bergegas pergi. Namun tangannya dicekal oleh Leo.

"Kamu memang pantas mendapatkannya Alnara" Satu kalimat yang membuat perasaannya hangat seperti perkataan Ibu setiap Alnara memenangkan lomba melukis.

~~~

Kali ini Alnara harus menunggu Ayahnya cukup lama ditemani singa yang sedang memakan snack whiskas yang Alnara bawa hari itu. Tiba tiba ada seorang siswa yang mengambil beberapa bungkus snack whiskas tersebut dan melemparnya cukup jauh kedalam rumput yang lumayan tinggi. Alnara sudah biasa dengan hal ini tapi ia masih cukup kaget. Siswa itu pergi dengan teman temannya sambil tertawa melihat Alnara yang kesal. Alnara segera mengambilnya. Tapi sayangnya ia terpeleset dan harus masuk kedalam got yang membuat kakinya terluka.


Saat Alnara sedang mecoba merawat lukanya seseorang menyodorkan plester dihadapannya.Nih lukanya jangan sampe infeksi Alnara mendongkakan wajahnya dan melihat seorang gadis cantik berambut ponytail berdiri dihadapannya dengan senyum yang tulus.

Entah mengapa Alnara tak mau mengecewakan wajah tulus itu dan langsung mengambil plester yang disodorkannya sambil otomatis tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Disitulah awal pertemanan Alnara dengan Jess. Seorang siswi tomboy atlet karate disekolahnya.

~~~

Ayah dan Citra senang dengan perkembangan Alnara yang sudah mendapatkan teman, Alnara selalu menceritakan Jess kepada Citra lewat telfon. Bahkan Alnara diizinkan untuk menginap dirumah Jess dan sebaliknya ditambah Alnara yang sudah mencoba membuka hatinya untuk berteman dengan Leo. Hari demi hari keadaan Alnara mulai membaik dengan keberadaan Jess disisinya.

"Yuk berangkat" Hari ini Jess menjemputnya dengan mobil milik Ayah Jess. Jess ingin memamerkan sim barunya kepada Alnara.

"Wahh kamu keren" Alnara bergegas masuk kedalam mobil.

Dari belakang, Leo yang mengetahui hal tersebut menghampiri mereka "Gue ikut Jess" Tanpa menunggu jawaban dari Jess, Leo langsung masuk kedalam mobil Jess.

"Huh benalu satu ini" Ucap Jess memutarkan bola matanya.

~~~

Bruk
Buku buku yang berada diatas Alnara jatuh saat ia sedang mengambil salah satu buku yang cukup jauh menbuatnya berjinjit. Alhasil Alnara harus membereskan buku tersebut dan tidak boleh kembali ke kelas dulu. Leo yang tidak pernah pergi ke perpustakaan, menghampiri Alnara karena mendapatkan informasi dari Jess. Leo yang ingin membatu Alnara dan dengan senang hati bolos pelajaran olahraga.

"Naraa harusnya kita sekolah di Hogwarts biar bukunya mandiri bisa simpen ke tempatnya sendiri" Ucap Leo disela sela membereskan buku yang sangat berantakan bersama Alnara.

Alnara tersenyum hampir tertawa dihadapan Leo. Leo tertegun melihat keindahan dan kejadian langka didepan matanya saat ini. Ini kali pertamanya Leo melihat senyum itu untuknya.

Tak jauh dari sana, seorang gadis terlihat kesal karena melihat Leo dan Alnara bersama.

~~~

Hari itu Ayahnya telat menjemput lagi, tapi ini sudah terlalu sore, Alnara kembali ke sekolah untuk kembali ke wc karena tak bisa menahan keinginannya untuk buang air kecil. Saat ia akan keluar, pintu sekolah seakan dikunci dari luar. Alnara berteriak meminta tolong, Ia sangat ketakutan dari atas Alnara disirami air bekas pel dan sampah sampah yang sudah membusuk bau.

"Makannya jangan so cantik lo, selamat menginap disini hahahaha" Ucap gadis itu yang diikuti iringan tawa oleh teman temannya sekitar 5 orang.

Alnara menangis, bukan karna bau yang ada di tubuhnya, tetapi perlakuan itu ia dapatkan lagi saat SMA.

Ayah kalang kabut bersama Leo mencari Alnara. Mereka sudah mencari kemana mana tetap tidak ketemu.

Hari sudah gelap, Alnara tak kunjung ditemukan. Jess yang menemukan Alnara di kamar mandi setelah selesai eskul karate melihat Alnara yang pingsan dengan kondisi seperti itu bergegas menelfon Leo. Leo dan Jess membawa pulang Alnara dan membuat Ayah syok dengan apa yang terjadi. Ayahnya berjanji akan mengeluarkan siapapun yang melakukan hal ini kepada Alnara.

~~~

Setelah berhari hari Alnara tak kunjung masuk sekolah, Alnara sakit bukan hanya fisiknya namun batinnya ikut sakit setelah mendapat perlakuan seperti itu. Semua orang cemas, Leo dan Jess menengok Alnara ke rumahnya untuk membujuknya lagi kembali ke sekolah.

Lima orang pembully Alnara sudah dikeluarkan oleh ayahnya dari sekolah, mereka ditemukan oleh Jess. Jess mengetahui nya karena salah satu dari mereka menyukai Leo. Dia tidak suka Leo dekat dengan Alnara dan melakukan hal itu terhadap Alnara.

"Nara, ini bukan salah kamu mereka yang jahat. mereka iri kamu terlalu sempurna" Jess menghibur Alnara.

"Kalian ga pernah tahu seberapa usaha aku untuk tidak mencari masalah dengan orang orang, tapi mereka tetap menindasku. Apa aku salah ada disekeliling orang orang selama ini? Apa aku seharusnya gaada di dunia ini biar orang orang senang" Tangis Alnara pecah, baru kali ini Leo dan Jess mengetahui apa yang ada dalam hati kecil Alnara. Jess hanya bisa memeluk Alnara dengan erat agar Alnara bisa menumpahkan segala keresahan dipundaknya.

"Kamu adalah gadis terkuat yang pernah aku temui Alnara. Kamu hebat, Kamu pintar bukan karna ayahmu tapi karena diri kamu sendiri yang berjuang selama ini" Leo berbicara meyakinkan Alnara.
"Jangan hiraukan orang lain, fokus sama diri kamu sendiri dan orang yang kamu cintai, kamu masih punya kita Nara" Tambahnya.

Perasaan Alnara menjadi lebih baik setelah Leo dan Jess menjenguknya dan Citra mengajaknya ke luar kota untuk berlibur sejenak, Alnara bertekad untuk menghadapi ini semua karena Ia punya Ayahnya, Citra, Leo dan Jess selama ini yang selalu melindunginya dan menyayanginya. Tak perlu ada yang dikhawatirkan lagi. Alnara berjalan melalui lorong sekolah dengan percaya diri dan senyum hangat diwajahnya. Leo berada disampingnya ikut tersenyum.


~End~


10 tahun kemudian...

Peluncuran komik Alnara's Lion oleh webtonist terkenal diadakan di sebuah mall di pusat kota. Jess menemani Alnara menandatangani komik tersebut sekaligus jumpa fans. Antrian sangat panjang, antrian terakhir giliran seseorang bertubuh tinggi dengan lesung pipi diwajahnya. Leo datang membawa buket bunga untuk Alnara dengan senyum lebar di wajahnya. Alnara yang melihat itu tersenyum dan langsung memeluk Leo.

"Selamat, kamu pantas mendapatkannya Alnara"

Anjali Nurizki Putri

XII Mipa 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun