Mohon tunggu...
Anita Kencanawati
Anita Kencanawati Mohon Tunggu... Penulis - Ketua WPI (Wanita Penulis Indonesia) Sumut

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jejak Jalan Berkabut Luka (Episode-18)

19 Maret 2022   10:26 Diperbarui: 19 Maret 2022   10:33 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak berapa lama, dua polisi berpakaian baju biasa mendatangi kami. Polisi lalu lintas yang membantuku itu tampak berbicara sejenak dengan kedua polisi yang baru datang. Lalu dia menghampiriku. "Saya permisi, Bu! Sudah datang petugas yang akan membantu Ibu membuat laporan pengaduan di kantor polisi!" ujarnya.

"Iya, Pak. Terima kasih banyak ya, Pak." Kutatap kepergian polisi lalu lintas itu dengan rasa kagum. Dia benar-benar sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik.

Dalam musibah yang menimpaku, aku merasa harus bersyukur karena Allah mempertemukanku dengan polisi yang sebaik itu.
Kedua polisi yang barusan datang, mengajakku pergi menuju kantor polisi terdekat, tempat mereka bertugas. Malam itu, mereka berdua memang bertugas melakukan patroli keamanan di wilayah kerja kantor polisi setempat.

Seperti polisi yang sebelumnya, dua polisi yang menemaniku melapor ke kantor polisi terdekat, juga baik padaku. Saat menuju ke kantor polisi, mereka mengikutiku dari belakang, dengan sabar.

Aku tak bisa mengendarai sepeda motorku dengan kencang. Tangan dan kakiku masih gemetaran. Aku bahkan sempat menabrak pembatas jalan. Untung sepeda motor cepat ku-rem. Kedua polisi tersebut berhenti dan membantu sepeda motorku yang oleng. Ya...Tuhan, sekali lagi aku bersyukur, untung ada kedua polisi itu.

Akhirnya; kami sampai di kantor polisi. Salah seorang dari polisi yang mengantarku, mengajakku minum teh manis panas di warung sebelah kantor polisi. "Sebaiknya minum dulu, Bu. Supaya Ibu agak tenang. Tadi pasti shock mengalami kejadian yang tak terduga," katanya.

Sejenak aku berpikir, bagaimana mau minum? Aku tidak punya uang. Uangku di dalam tas yang dijambret.

"Saya yang traktir, Bu," kata polisi itu seperti membaca pikiranku.

Ya, Tuhan. Lagi-lagi aku bersyukur pada Tuhan, karena dipertemukan dengan polisi yang baik. Yang mengerti kalau aku sangat membutuhkan minuman hangat untuk mengurangi rasa shock yang kualami.

Melihat polisi yang menraktirku minum teh manis panas, mempunyai kepedulian padaku, aku memberanikan diri meminjam HP-nya. Kukatakan, aku mau memberi kabar ke kantor tempatku bekerja. Ternyata polisi itu tidak keberatan. Dia memberikan HP-nya untuk kupakai.

Aku menelpon pemred. Pemred terkejut mendengar kabar kalau aku sedang di kantor polisi, dan barusan menjadi korban penjambretan. Kata pemred, dia segera akan menugaskan kordinator liputan Andri dan wartawan yang bertugas di kantor polisi, Dedi, untuk menemaniku di kantor polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun