Mohon tunggu...
Anita Kencanawati
Anita Kencanawati Mohon Tunggu... Penulis - Ketua WPI (Wanita Penulis Indonesia) Sumut

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jejak Jalan Berkabut Luka (Episode-18)

19 Maret 2022   10:26 Diperbarui: 19 Maret 2022   10:33 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun tiga bulan yang lalu, kepala preman itu meninggal dunia. Walaupun begitu, belum pernah aku mendengar ada kejahatan yang terjadi menimpa warga dan rumah warga, setelah kepala preman itu meninggal dunia.

Itulah yang membuatku menjadi lega, setelah sampai di jalan besar menuju rumahku.

Tanpa perasaan was-was lagi, kujalankan sepeda motor dengan santai. Di kiri dan kanan jalan, rumah penduduk sudah pada tutup. Begitu pula beberapa kafe yang biasanya masih buka sampai pukul 24.00 WIB, malam itu sudah pada tutup. Dalam hatiku berbisik, mungkin karena hujan--tidak ada pengunjung-- membuat kafe cepat tutup malam itu.

Aku semakin lega ketika rumahku sudah semakin dekat. Tinggal belok kanan, masuk ke gang, rumahku sudah nampak.

Kuarahkan sepeda motor untuk berbelok ke kanan. Tetapi ada mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan denganku. Aku terpaksa menghentikan sepeda motor, menunggu mobil itu berlalu, baru sepeda motor bisa kubelokkan. Aku fokus memerhatikan mobil yang melaju dari arah sebelah kanan.

Namun tetiba, terasa sebuah gerakan cepat dan keras menarik tas sandangku yang berada di pundak kiriku. Aku tersentak, kaget, dan jatuh tersungkur bersama sepeda motorku. Aku hanya terbodoh. Benar-benar seperti orang bodoh.

Lalu, ketika sadar kalau aku sudah menjadi korban jambret, kepanikan membuatku ingin berteriak. Tapi helm-ku menutupi seluruh wajahku. Aku sadar, berteriakpun suaraku tak akan terdengar. Sementara penjambret yang terdiri dari dua orang, sudah kabur dengan sepeda motornya.

Aku menjadi panik. Yang terbayang di benakku, bukan hanya HP dan uang, tetapi juga ada KTP, SIM, STNK, kartu ATM, dalam tas yang dibawa kabur penjambret. Semuanya sangat penting bagiku.

Suara mobil yang tiba-tiba berhenti, mengejutkanku. Mobil patroli polisi lalu lintas. Seorang polisi ke luar dari dalam mobil. Ia menghampiriku yang masih terduduk lemas di badan jalan.

"Selamat malam. Apa yang terjadi, Bu?" Polisi itu bertanya padaku. Ia membantu mengangkat sepeda motorku yang terjatuh.

"Saya dijambret, Pak!" jawabku dengan suara gemetar. Aku masih merasa shock dengan kejadian yang baru kualami. Kejadian yang tak pernah terbayangkan selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun