"Boleh aku lihat kartunya?" Pinta laki-laki itu. Dan Nisa menyerahkan cardlock nya.
Cowok itu melihat sekilas, dan menyerahkan lagi ke tangan Nisa.
"Pantas saja tidak bisa masuk, karena ini kartu untuk kamar sebelah. Kamu salah kamar. Yang ini kamarku. Kamar kamu ada di sebelahnya." Cowok itu menunjuk pintu sebelah. Dan Nisa dengan wajah melongo yang lucu, bergantian melihat dari kartunya dan nomer yang tertulis di sana, lalu ke pintu kamar cowok itu, dan lalu ke pintu kamarnya sendiri.
Dan wajah paham Nisa langsung tertawa. Dia menyadari kegrusa-grusuannya untuk segera masuk kamar, dan ternyata dia malah salah kamar.
"I'm sorry, I am really sorry." Ucap Nisa dengan mengatupkan tangannya.
Dan cowok tersebut tersenyum. Ada semburat menentramkan dari senyumnya. Nisa benar-benar terhipnotis oleh senyuman cowok itu, sampai dia berkata juga dengan sama merdunya.
"It's okay."
Dan kemudian untuk mengurangi rasa canggungnya, Nisa segera saja mengangguk dan berlari ke kamarya sendiri.
Esok paginya ketika sarapan di bawah, Nisa sedang menikmati makanannya dengan tenang. Lalu kemudian tanpa disangka-sangka, dia melihat cowok kamar sebelah kemarin, sedang berjalan sendirian dan mengambil makanan juga. Nisa berusaha tidak berkontak mata dengannya, karena dia masih malu dengan kejadian kemarin.
"Vino... Jangan lari-lari nak..." Ucap seorang ibu muda sambil membawa banyak makanan di tangannya. Dia berusaha mengejar anak laki-lakinya yang ada di depannya, yang sedang membawa segelas penuh jus jeruk tapi sambil berlari-lari. Agak mengkhawatirkan sebetulnya, melihat toddler seperti itu ketika lari-lari, takutnya malah...
"Aaahhhh...." Teriak Nisa.