"Kemana? Jangan bilang kamu akan ngikuti aku balik ke Belanda. Hahaha..."
Dan Nisa juga ikutan tertawa.
"Kamu bener. Aku akan ke Belanda. Hari Kamis pagi juga, sama dengan kamu. Tapi aku bukannya mau ngikutin kamu ya, aku emang ada kerjaan. Hehehe..."
Noel mengangguk-angguk dan wajahnya menjadi lebih sumringah. Entah kenapa, Nisa begitu gampang dekat dengannya. Apa karena Noel punya vibes yang lebih seperti orang Indonesia, jadi berasa gak kayak ngobrol sama bule. Malahan kalau dilihat-lihat, wajahnya itu adeeemmm banget. Kayak wajah-wajah cowok baru pulang sholat jumat gitu. Padahal Nisa belum tau apa agama Noel. Dan dia juga gak tanya. Karna dia tau mayoritas orang Belanda menganut agama apa.
"Kalaupun kamu ngikut aku juga gak papa." Tatapnya dengan pandangan yang mulai serius.
Dan Nisa sempat speechless sesaat. Apa maksud dia berkata demikian?
Hari-hari berlalu. Mereka bertemu ketika sarapan. Lalu berjalan-jalan dan menikmati pemandangan pantai, makan, dan ngobrol-ngobrol lagi. Kebetulan sekali mereka juga sedang liburan sendirian, jadi gak ada yang merasa terganggu ketika mereka sama-sama. Hingga tiket pesawat akhirnya sudah keluar, dan kebetulan sekali mereka satu flight, hanya beda tempat duduk. Jadi hari Kamis pagi, mereka berangkat ke bandara bersama-sama.
Ketika di dalam pesawat, Noel bahkan meminta bertukar tempat duduk di sebelah Nisa. Ada-ada saja kelakuannya. Untung ibu-ibu yang di sebelah Nisa mau. Kalau enggak, bakal jadi hal memalukan di pesawat. Dia cuma tertawa cekikikan saja di sebelah Nisa, sampai Nisa mengingatkannya berulang kali.
"Aku gak nyaman kalau gak duduk samping kamu." Ujarnya dengan gamblang. Dan Nisa menatapnya lagi dengan aneh.
"Kenapa? Kamu takut aku ngilang nantinya?" Tawa Nisa untuk menyamarkan rasa canggungnya.
Noel melihatnya lagi dengan seksama, dan dia hanya tersenyum saja.