Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Warung Bu Tubi

20 Oktober 2020   18:36 Diperbarui: 31 Oktober 2020   04:39 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kalau dia suka, dia akan bilang sendiri," tutur Tubi kemudian.

Apa yang dikatakan Tubi disampaikan Siti kepada Sapan. Tanpa tunggu lama, Sapan pun menyampaikan perasaan sukanya pada Tubi. Mereka pun jadian. Kadang Sapan main ke kosan Tubi, atau sebaliknya, Tubi yang main dikosan Sapan.

Dalam hati kadang Tubi bertanya, kenapa udah usia segitu, Sapan belum menikah. Tetapi Tubi takut untuk mengungkapkan perasaannya. Pakai logika saja, kalau Sapan sudah beristri pasti akan menyewa rumah untuk tinggal sekeluarga. BUkan kos dengan para buruh pria.

Mereka berdua pun kemudian dimabuk cinta. Pada Sapan, Tubi menyerahkan kehormatannya. Dia yakin bahwa suatu hari akan menikah dengan lelaki kesayanngannya. Beberapa barang milik Sapan ada dikosan Tubi, begitu pun barang-barang Tubi, sebagian sudah di kamar Sapan.

Mereka memutuskan tinggal Bersama demi menghemat biaya kos. Keduanya memindahkan semua barangnya ke kamar baru itu. Perjalanan cinta mereka begitu mulus, tetapi bukannya tanpa gangguan. Baik orang pabrik maupun tetangga kos, tahu kalau mereka belum menikah. Mereka hanya kumpul kebo.

"Kita sudah setahun hidup bersama, bagaimana kalau kita menikah saja," ajak Tubi.

Sapan tidak menjawab. Malah melengos pergi. Tubi berfikir mungkin kekasihnya belum siap. Setiap ada kesempatan, Tubi menanyakan Kembali kesediaan Sapan untuk menikah. Kalau mereka menikah, mereka tidak menjadi bahan perbincangan orang. Namun Sapan masih belum memberikan tanggapan.

"Kenapa sih, kalau Mas mencintaiku, kenapa tidak mau menikah saja?"

"Tidak, karena aku sudah punya anak dan istri."

Tubi kaget mendengar jawaban itu. Hatinya merasa teriris-iris, karena sudah dibohongi. Dipukulinya laki-laki itu dengan tinjunya karena merasa kesal.

"Kenapa tidak bilang sejak dahulu? Sekarang aku sudah menyerahkan kehormatanku, dan dengan mudah kau tolak aku. Jadikan aku istri yang kedua," tangis Tubi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun