Tubi juga menanyakan rumah tempat tinggal Sapan. Dari kejauhan dia bisa melihat istri Sapan sedang menjemur padi di halaman rumahnya. Hatinya hancur berantakan, sakit dan dendam. Pulang ke kosan dia menjual semua perhiasannya. Dia juga menyatakan keluar dari pabrik, alasannya mendapatkan pekerjaan yang baru.
Tubi membawa sedikit barang dan tabungan kembali ke desa Tamang. Dia berbincang dengan salah seorang lelaki yang penah ditemuinya dan mengutarakan niatnya. Laki-laki itu ragu, namun kemudian setelah dibawa Tubi ke semak-semak dan boleh menikmati tubuhnya, laki-laki itu bersedia membangun warung dan gubug untuk Tubi.
"Nanti mbak bisa sewa bagian depan kebun saya yang paling dekat jalan raya," kata laki-laki itu pada perempuan yang telanjang bulat di sampingnya itu.
Tubi mengangguk setuju.
Gubug itu berdiri dan dia membawa anak-anak gadis yang miskin putus sekolah diajaknya bekerja di situ. Pelanggannya pun kebanyakan penduduk wilayah itu dan sekitarnya. Yaitu mereka yang tidak mau poligami, tapi boleh melacur atau selingkuh.
Jakarta, 17 Oktober 2020
Oleh: Anggie D. Widowati