“Tapi bukan berarti itu tidak nyata kan Rhein?”* aku terdiam merenungi kata-kata Ran. Kali ini aku yang memandang jauh ke arah lautan.
“Ran, aku boleh bertanya satu hal padamu?” Ran mengangguk
“Apakah kau mencintai Gie?” Hening, Ran tidak menjawab. Ia masih kembali memandangi lautan.
“Pergilah Rhein…! Nugie sedang menunggumu. Jangan buat ia terlalu lama menunggu” Aku gantian mengangguk. Menurut pada ucapannya. Kutatap wajah Ran. Sebagaimana namanya, Ia nampaknya memang sangat menyukai lautan. Aku segera bangkit dan berjalan meninggalkan Ran. Menuju ke balik pohon besar itu. Aku melangkah dengan perlahan, menghindari kelopak bunga-bunga daisy. Agar tidak terinjak oleh kecerobohanku. Dan tiba-tiba saja aku mendengar suara Ran kembali memanggil namaku.
“Rheinara…!” aku menoleh padanya. Ran berdiri di ujung pandanganku.
“aku mencintai Gie, seperti aku mencintaimu”
Ran tersenyum padaku. Senyuman terakhir yang kudapati dari wajahnya yang manis. Aku membalas senyuman Ran. Kami saling pandang. Dan kemudian tiba-tiba saja semua kembali gelap.
***
“Rheinn…?! Rheinn..?!”
Seseorang menepuk-nepuk wajahku. Ia memanggil - manggil namaku.
Dunia kembali terang. Meski mata minus ku belum terlalu jelas melihatnya.