“Ran…?!!” Pria itu menoleh padaku, dan menyambutku dengan sebuah senyuman.
“Rheinn..?!”
“Ran…ternyata benar kau!" Aku kemudian duduk di sampingnya. Pelan-pelan kuperhatikan wajahnya. Tak ada lubang peluru dan tak ada darah berceceran di keningnya.
Ia kembali memandangi laut. Aku mengikutinya. Aku meluruskan kakiku pada ujung tebing. Masih nampak beberapa bunga daisy tumbuh di sana-sini. Ran duduk dengan lutut menopang kedua tangannya.
“Ran…apa kita sedang berada di Surga?” Aku memotong konsentrasinya pada laut. Ia menoleh padaku
“mungkin Rhein…aku sendiri tak tahu” Ia tersenyum kembali padaku.
“kenapa hanya kita berdua di sini, Ran?”
“mungkin Tuhan ingin mempertemukan kita kembali Rhein” Tatapannya begitu hangat. Ia kembali menatap lurus. Laut itu sama tenangnya dengan padang daisy ini. Kuperhatikan baik-baik, tak ada ombak secuilpun di sana. Laut itu begitu diam.
“aku sungguh berharap kita benar –benar berada di surga Ran. Di sini terasa begitu damai. Aku lelah dengan semua kerumitan yang terjadi. Aku tak ingin kembali ke dunia” Tiba-tiba saja aku menyandarkan kepalaku pada pundak Ran.
“tidak Rhein, kau harus kembali!, seseorang sedang menunggumu”
“Siapa?!”