Di sebuah kota kecil yang tenang, terdapat seorang wanita muda bernama Laras. Laras adalah sosok yang cantik dan cerdas, tetapi di balik senyumnya yang memikat, tersembunyi luka mendalam dari masa lalunya.Â
Laras adalah anak dari keluarga yang sudah hancur berantakan—broken home.
Sejak kecil Laras sering mendengar suara pertengkaran orang tuanya yang menggelegar di malam hari.
Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sukses, sering pulang larut malam dalam keadaan mabuk.Â
Ibunya seorang wanita rumah tangga yang dulu ceria, kini berubah menjadi sosok yang dingin dan penuh amarah akibat pengkhianatan suaminya.Â
Pertengkaran demi pertengkaran akhirnya mencapai puncaknya ketika ayah Laras pergi meninggalkan mereka untuk selamanya saat Laras berusia sebelas tahun.
Ketika ayahnya pergi, Laras dan ibunya harus berjuang untuk bertahan hidup. Ibunya mengambil beberapa pekerjaan sekaligus untuk menghidupi mereka.Â
Laras yang masih sangat muda, harus belajar menjadi dewasa lebih cepat dari seharusnya. Dia mulai membantu ibunya bekerja selepas sekolah dan bahkan di akhir pekan.
Di sekolah, Laras adalah murid yang pintar dan rajin. Dia selalu mendapatkan nilai terbaik di kelasnya.Â
Prestasi akademik yang gemilang itu tidak mampu menghapus rasa kesepian yang menyelimuti hatinya.Â
Dia sering melihat teman-temannya dijemput oleh ayah mereka, sedangkan dia hanya bisa pulang sendiri dengan berjalan kaki.
Satu-satunya pelipur lara Laras adalah membaca. Buku-buku memberinya dunia baru yang jauh dari realitas pahit yang harus dia hadapi setiap hari.Â
Dia selalu membawa buku kemanapun dia pergi, dan tenggelam dalam kisah-kisah yang memberinya kekuatan dan inspirasi.
Laras tumbuh menjadi remaja yang mandiri dan kuat. Di balik penampilannya yang tangguh, dia menyimpan rasa takut untuk membuka hatinya kepada orang lain.Â
Dia takut akan pengkhianatan dan rasa sakit yang pernah dirasakan ibunya. Akibatnya dia menutup dirinya dari dunia luar dan tidak memiliki banyak teman dekat.
Setelah lulus dari sekolah menengah, Laras mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di universitas ternama di kota besar.Â
Keberangkatan ke universitas menjadi awal baru bagi Laras. Di sana, dia bertemu dengan banyak orang baru dan menemukan dunia yang lebih luas.
Masa lalu Laras tetap menghantuinya. Di universitas, dia bertemu dengan Ardi, seorang pria tampan dan cerdas yang perlahan berhasil menembus dinding yang dibangun Laras di sekeliling hatinya.
Ardi adalah sosok yang sabar dan penyayang. Dia melihat kesedihan di mata Laras dan bertekad untuk membantunya mengatasi rasa sakitnya.
Selama beberapa bulan, Ardi dengan sabar mendekati Laras. Dia mengajak Laras untuk berbicara tentang hal-hal kecil hingga akhirnya Laras mulai merasa nyaman berbagi cerita tentang masa lalunya. Ardi mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan dukungan tanpa menghakimi.
Suatu hari, Laras dan Ardi duduk di sebuah taman kecil di dekat kampus. Dengan suara yang bergetar, Laras mulai menceritakan kisah keluarganya kepada Ardi.Â
"Aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah," ujarnya sambil menatap ke langit yang mulai berubah warna menjadi jingga.
 "Ibuku sudah memberikan segalanya untukku, tapi aku selalu merasa ada yang kurang."
Ardi meraih tangan Laras dan menggenggamnya erat.Â
"Laras, kamu sudah melalui banyak hal yang berat. Tapi kamu tetap berdiri kuat di sini. Kamu luar biasa."
Laras menatap Ardi dengan mata berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya, dia merasa ada seseorang yang benar-benar peduli padanya.Â
Dalam momen itu, Laras menyadari bahwa dia tidak perlu menjalani hidup ini sendirian. Ada orang yang siap untuk berbagi beban dan mendukungnya.
Sejak hari itu, hubungan Laras dan Ardi semakin erat. Ardi menjadi tempat berlindung bagi Laras, seseorang yang bisa dia percayai dan andalkan.Â
Bersama Ardi, Laras belajar untuk membuka dirinya dan menghadapi ketakutan serta luka dari masa lalunya.
Perjalanan Laras untuk pulih dari trauma masa kecilnya tidaklah mudah. Dia sering mengalami mimpi buruk dan rasa cemas yang mendalam.Â
Bersama dengan dukungan Ardi, dia perlahan belajar untuk menghadapi ketakutan-ketakutan itu. Ardi selalu mengingatkannya bahwa masa lalunya tidak menentukan masa depannya.
Laras mulai terlibat dalam berbagai kegiatan di kampus, bergabung dengan organisasi mahasiswa, dan membantu mengajar anak-anak kurang mampu di lingkungan sekitar.Â
Dia menemukan kebahagiaan dalam membantu orang lain dan melihat senyum di wajah mereka. Aktivitas-aktivitas ini memberinya rasa tujuan dan membantu menyembuhkan luka di hatinya.
Pada tahun terakhirnya di universitas, Laras mendapatkan kesempatan untuk berbicara di sebuah seminar tentang pendidikan.Â
Dia berbagi pengalamannya sebagai anak dari keluarga broken home dan bagaimana dia mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapinya.Â
Pidatonya menyentuh hati banyak orang dan menginspirasi mereka yang berada dalam situasi serupa.
Laras akhirnya lulus dengan predikat cumlaude dan mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dengan pendapatan yang stabil, dia bisa membantu ibunya dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka berdua.Â
Hubungan Laras dengan ibunya juga semakin membaik. Mereka mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama dan berbagi cerita tentang masa lalu serta harapan untuk masa depan.
Masa lalu Laras penuh dengan kesedihan dan rasa sakit, dia berhasil bangkit dan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.
Dia menyadari bahwa kekuatan sejati datang dari kemampuan untuk bangkit setelah jatuh dan terus berjuang meski dalam badai kesendirian.
Dalam hidup ini, Laras belajar bahwa keluarga bukan hanya tentang darah dan hubungan biologis, tetapi juga tentang cinta, dukungan, dan keberanian untuk saling berdiri di sisi satu sama lain, tidak peduli seberapa berat badai yang harus dihadapi.Â
Bermodal hati yang kuat dan penuh kasih, Laras melangkah maju menuju masa depan yang cerah, meninggalkan bayangan kelam masa lalunya di belakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H