Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Negosiasi, Kiat Mencapai Kesepakatan

4 Mei 2020   09:55 Diperbarui: 4 Mei 2020   11:50 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat-ingat bahwa semangat dalam bernegosiasi bukanlah untuk mengalah pada pihak seberang. Dan bukan juga  untuk mengalahkan pihak sana. Tapi untuk berdialog dan mencari titik temu kesepakatan.

Kesepakatan yang menang-menang. Bukan menang-kalah, atau kalah-menang, atau kalah-kalah. Kalau perlu bisa saja sepakat untuk tidak sepakat untuk sementara waktu. Menunda sejenak, untuk melihat perubahan konstelasinya dalam perjalanan waktu.

Kalau pun keputusan yang mesti diambil adalah sangat mendesak, maka semua pihak mesti dengan jujur meletakkan segala sesuatunya di atas meja (terus terang). Lalu dari situ mungkin untuk sementara waktu mesti ada pihak yang mengalah.

Namun ia mengalah dengan pemahaman lengkap bahwa pihak lawannya memahami itu. Dan relasi bisnis atau sosial tidak terdestruksi. Bakal ada proses lanjutan dimana timbal balik jasa akan terjadi di kemudian hari. Terjadi kesepakatan yang bijaksana (gentlemen agreement) yang menjaga martabat kedua belah pihak.

Kalau pun tidak bisa, ya sepakati saja untuk tidak sepakat. Dan relasi tetap berjalan seperti biasanya.

Teknik komunikasi sederhana dalam bernegosiasi misalnya dengan teknik SPIN. Ini teknik yang pernah dikenalkan oleh Neil Rackham.

Caranya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang S (situation questions), P (problem questions), I (implication questions), dan N (needs pay-off questions).

Karena menurut penelitian dan obsevasi Neil Rackham, setiap orang sebetulnya sudah tahu masalah dan solusi dari masalahnya. Ia hanya perlu 'dibantu' untuk mengartikulasikannya dan dengan demikian bisa diajak untuk berkomitmen.

Manakala solusi datang dari dirinya sendiri, maka ia akan lebih terikat secara emosional untuk mengerjakannya.

Bagaimana bisnis bapak akhir-akhir ini? Apakah pasokan bahan baku lancar? Bagaimana kondisi pasar? Apakah harga-harga naik atau turun? Ini contoh pertanyaan untuk situasi. Membuka dan memancing pembicaraan ke arah yang lebih spesifik.

Oh ya, bagaimana penjualan bisa naik pesat? Atau kenapa penjualan turun? Apa kira-kira penyebabnya? Kenapa kualitas produksi banyak cacatnya? Apa kira-kira yang menyebabkan banyaknya karyawan mangkir? Dan seterusnya. Ini contoh pertanyaan tentang problem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun