Sadono terdiam karena tiba-tiba ia berpikir.
Sri dan Sadono terhanyut ombak-ombak suara lingkungan. Percakapan-percakapan dalam area makan itu membaur membuat lautan suara manusia.
"Jadi diem..." Sri melanjutkan...
Sadono melanjutkan makannya, "Orde Pancasila, generasi yang mengilhami kembali arti sebenarnya Pancasila. Gw baru inget gw dulu pernah punya teori tentang maksudnya Pancasila tuh sebenernya apa."
"Oh yah? Tolong jelaskan pada saya, Bung."
Sadono tergelitik, "baiklah, Mba. Kayaknya..." Sadono memulai, "Kayaknya kalo kita melihat Pancasila sebagai suatu produk sejarah itu agak terlalu... taking it for granted deh. Masudnya... iya, itu dibuat 60an tahun yang lalu, tapi sebenarnya sangat relevan bagi bangsa kita jaman sekarang."
"Lanjut..." Sri meneguk ice thai teanya.
"Kadang gw mikir, orang-orang yang merumuskan Pancasila tuh jenius! Mereka bisa mengantisipasi permasalah-permalahan bangsa yang kita hadapi sekarang. Secara filosofis urutan sila-silanya sangat terstruktur loh, dari yang paling penting dan mendasar ke-"
"Paling ga penting?"
Sadono memicingkan mata, "ke sila yang menyebutkan tujuan semula kita menjadi suatu bangsa."
Sri mulai tertarik. Dan dia memancing penjelasan lebih lanjut, "Sila pertama..."