Setengah malas Daan membuka pintu apartemennya, bayang bathup dengan genangan air hangatnya, membuat Daan sedikit bersemangat. Dan biasanya, itu ampuh menyegarkan pikirannya. Berlama-lama merendam diri ditemani secangkir kopi hitam kesukaannya. Perfect.
“Daisy!” Daan seolah lupa pada kekasihnya itu.
“Hai, Sayang.” Daisy merebahkan tubuhnya di atas sofa merah.
Daan terkekeh, ya, ia memang memberikan duplikat kunci apartemennya pada Daisy. Dan, posisi berbaring Daisy sekarang itu, menghasut gairah lain di dirinya. Lebih-lebih, wanita 27 tahun itu hanya mengenakan kaos putih longgar saja menutupi tubuhnya.
“Kapan sampai?” tanya Daan sembari melepas pakaian atas di tubuhnya. Yang ia ingat pasti, terakhir kali menikmati bibir sensual itu sekitar sebulan yang lalu.
“Setengah jam yang lalu,” Daisy mengerling manja, melipat kakinya sedemikian rupa.
“Kamu terlihat letih banget,” ejek Daan, duduk di sofa yang sama, menggeser dan mengangkat kaki Daisy ke atas pahanya.
“Yaa, setengah jam sebelumnya nungguin kamu di kafe bawah.”
“Novelmu gimana?” Daan coba memberikan terapi ringan di kedua kaki Daisy.
“Mentok lagi.” Daisy tertawa, sedikit kegelian akibat kenakalan tangan Daan yang memijit pahanya.