Bilal melihat satu tembok yang tinggi, dan ia naik ke atas tembok itu. Lantas dengan mengumandangkan Azan untuk pertama kalinya dengan lengkingan merdu yang mampu menggetarkan hati.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar.”Bilal memulai seruannya. Tidak ada yang mengajarkan kepadanya pada apa yang harus dikumandangkan, melainkan lahir dari ketulusan hatinya. “Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu allaa ilaaha illallah. Asyhadu anna Muhammadarrasulullah, Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…”
Orang-orang yang mendengar mendadak berhenti dari pekerjaannya, memandang pada Bilal di atas tembok itu. Dan merasa, itu adalah panggilan untuk menunaikan ibadah.
“Marilah kita salat, marilah kita salat.” Bilal terus mengumandangkan seruan itu hingga semua orang berkumpul didalam Masjid. “Marilah menuju kejayaan, marilah menuju kejayaan…”
Tidak mereka-mereka yang berpijak di bumi saja yang tertegun, tapi juga para penghuni surga. Suara itu, lantunan itu, seruan itu berkumandang indah untuk pertama kalinya menjamah seisi semesta.
Bilal bin Rabah, seorang budak berkulit hitam yang dimuliakan Allah di sisiNya. Bilal bin Rabah di antara pemeluk Islam awal. Bilal bin Rabah yang langkah kakinya didengar Baginda Rasul di surga sana.
Bilal bin Rabah, menjadi pendukung sekaligus sahabat Baginda Rasul. Bilal bin Rabah, yang meyakini derajat manusia pastilah sama, terutama di mata Tuhan. Dan ia, mendapatkan itu dari Dzat Yang Mahaagung.
Bilal bin Rabah… hingga kini kumandangnya masih bergaung tak berkeputusan, mungkin sampai nanti, hingga dunia ini berakhir.
Wallahu a'lam bishawab.