Mengharapkan rindumu…
Â
Pagi itu, kabar dari Diah seakan menjawab kerinduan yang ditahan Ridian. Dengan izin orang tua, Ridian berangkat ke Jakarta. Rasa yang ditahan sedikit demi sedikit semakin menyesakkan dada. Menyiksa hayalan Ridian dengan mesra, bergelayut manja.
Berbekal alamat yang tertera di pesan ponselnya, Ridian melanjutkan perjalan menuju Kota Tasikmalaya, diantar sepupu sekaligus satu-satunya sahabat yang ia punya di Jakarta—Shima.
Tingkah Ridian yang begitu tidak sabaran, dan selalu menggebu-gebu kala membicarakan sosok Diah, membuat Shima geli sendiri. Sepupu yang ia kenal dulu jauh lebih pendiam dan mampu mengekang rasa. Namun kini, jauh berbeda. Senyum itu, raut wajah itu, mimik tubuh itu… semuanya mewakili perasaan pria itu. Ya, cinta. Shima ikut merasa bahagia untuk sepupunya tersebut.
Â
Oh… berikanku sinaran
Agar dapat kutempuh perjalanan hidupku…
Â
Jalan cerita anak manusia, tiada yang bisa menerka. Sesampai di Kota Tasikmalaya, Ridian dihadapkan akan kenyataan… memilukan.
Benar, ia dan Shima disambut keluarga Diah. Bukan dengan senyum bahagia merekah, namun dengan tangis yang merebak. Menghantam kuat relung yang baru terbina, remuk tak berbentuk.