Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf

25 Desember 2015   11:47 Diperbarui: 25 Desember 2015   13:06 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ridian hanya mengangguk, lantas berlalu menuju terminal keberangkatan. Hanya tas punggung hitam saja bawaan yang ada.

Shima menghela napas panjang. Untuk menghentikan niat Ridian kembali ke Asahan, sepertinya sudah tidak mungkin lagi.

 

Tak Banyak hal yang bisa dilakukan Ridian selama dalam penerbangan. Lamunan panjang yang entah bila kan berakhir. Bahkan wajah-wajah jelita dengan suara-suara sapa manis pramugari tak mampu mengusik lamunannya.

Setiap kali kelopak mata menutup pandangan, setiap kali itu pula wajah Diah menghantui pikiran. Memenuhi setiap jengkal sudut yang ada. Dan setiap kali tirai itu membuka, selalu diiringi bulir-bulir hangat yang menetes turun perlahan.

Hanya kenangan manis yang mampu kini ia simpan rapat di dalam sudut hati, sedikit itu saja mampu menghadirkan senyum di sudut bibir, meski bernaungkan kesedihan.

 

“Maaf, alamat ini di mana, ya?”

Itulah kalimat pertama yang tak bisa ia hilangkan. Kebingungan gadis Sunda dan dua sahabatnya, seakan diatur oleh Dewi Cinta membimbing gadis manis bertanya pada Ridian kala itu. Perkenalan singkat yang akhirnya mengantarkan Ridian untuk mengenal lebih jauh sosok Diah.

Kebersediaan Ridian menemani liburan Diah dan kedua temannya menumbuhkan keakraban lain. Secercah, tapi menyesakkan. Di saksikan Air Terjun Alam Tani dan panorama indah bak pelaminan megah yang menyatukan rasa kedua insan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun