Tiada apa yang dapat kurasakan
Selain dari cintaku padamu
Tiada Lafaz sendu yang terindah
Yang dapat kugambarkan padamu…
Pikiran Ridian menerawang jauh, melewati batas dari objek yang berkejaran. Hamparan sawah yang menghijau, kelebatan pepohonan yang menyejukkan, tiada mampu memberi kehangatan dalam pandangan.
“Rid,”
Teguran Shima—yang untuk kesekian kalinya—membuahkan hasil. Memaksa Ridian kembali menapak bumi.
Namun hanya sesaat, dan kembali Ridian mencumbu kesunyiannya. Berulang kali Shima menghempaskan napas berat. Dan pada akhirnya, Shima menepikan kendaraan dan berhenti. Memaksa Ridian menoleh kepadanya, meski itu sangat-sangat lemah, tiada gairah sama sekali.
“Kalau kek gini terus, aku gak tahu lagi harus ngapain.” Shima menjadikan setir mobil sebagai bantal untuk keningnya. Rambutnya yang sebahu cukup sempurna menyembunyikan air matanya. Air mata kesedihan atas apa yang dialami sahabatnya itu.