Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Descendant

15 Desember 2015   18:23 Diperbarui: 17 Desember 2015   01:31 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Translet: “Jangan takut, Nak. Tidak selamanya langit akan gelap. Tidak selamanya pula laut membuncah.”)

Puti sesegukkan, menangis dalam pelukan si orang tua. Untuk sesaat ia bisa merasa jika dirinya telah selamat dari tangan orang-orang suruhan Tuan Gadih Bamuluik Manih.

“Inyiak, sia?”  tanyanya kemudian. (“Inyiak, siapa?”)

Pria tua mengulas senyum, membelai rambut hitam kusam sang gadis belia.

“Harimau Champa.”

Sepasang mata Puti nyaris saja melompat keluar, tak percaya pada pendengarannya, alih-alih penglihatannya sendiri. Apa pun itu, Puti yakin sekarang ia terlindungi. Dan pelukan pada tubuh pria tua semakin erat, layaknya pelukan pada ayah kandung sendiri.

Pria tua kembali tertawa, halus dan menenangkan.

 

-----bersambung^^-----

Dari berbagai sumber.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun