Mohon tunggu...
Ando Gunung
Ando Gunung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hukum, Kemiskinan, Budaya, Pariwisata, Bisnis.

Adolardus Gunung, Asal (NTT) Domisili di Jakarta Menulis Untuk Melawan Lupa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Biarkan Tanah Nuca Lale Tetap Alami

6 Mei 2020   08:54 Diperbarui: 7 Mei 2020   13:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apalagi yang membangun fasilitas pemerintahan itu, bukan Belanda sendiri melainkan rakyat Manggarai. Mendapat perlakuan seperti itu, Motang Rua sontak untuk melakukan perlawanan terhadap Kolonial. Motang Rua kemudian membentuk sekutu. 

Sejumlah orang diajaknya untuk melakukan perlawanan, seperti Sesa Ame Bembang, Padang Ame Naga, Naga Ame Demong, Lapa Ame Sampu, Angko, Rumbang, Tengga Ame Gerong, Sadu Ame Mpaung (meninggal di pembuangan Sawa Lunto), Nompang Ame Tilek, dan Ulur.

ekuatan dari sjeumlah kedaluan juga dihimpun seperti dari Kedaluan Lelak ada Paci Ame Rami, Nggarang Rombeng Rejeng, dan Dareng Ame Darung. Dari Kedaluan Ndoso ada Pakar Ame Jaga, Kedaluan Ndehes ada Raja Ame Kasang Ngampang Leok, Kedaluan Ruteng ada Nggorong Carep, Tanggu, Kelang Labe dan Wakul.

Dia juga mengajak adik dan kakanya sendiri yaitu Ranggung Lalong Elor, Parang Ame Panggung, Nggelong, Parung Jalagalu, Lancur Lalong Pongkor, Latu Lando Rata, Tangur, Nicik, Nggangga, Anggang Ame Geong, Nancung Laki Rani, Tagung, Dorok, Corok, Rede, Seneng, Talo, Hasa, dan Andor Jagu.

 Singkat cerita, meskipun Motang Rua dan kawan-kawanya telah berupaya keras untuk melawan Kolonial Belanda, namun upaya mereka tidak membuahkan hasil, justru banyak korban jiwa dari pihak Motang Rua, hingga dengan berbagai politik Belanda berhasil menangkap Motang Rua dan diadili.

Dari sepengggalan cerita yang diambil dari FLORESA di atas, hanya satu yang ingin disampaikan, bahwa sebagai tanah yang diperoleh melalui tumpah darah para pahlawan, sebagai generasi penerus kita diwajibkan untuk menghormati jasa para pahlawan dengan cara menjaga tanah warisan yang telah diwariskan kepada kita.

Ancaman Kerusakan Lingkungan dan Hilangnya Identitas Budaya

Kehadiran Pabrik semen dan batu gamping tentu beresiko tinggi terhadap kerusakan lingkungan. Mengingat sebelumnya pernah terjadi peristiwa serupa di mana Yosep Tote selaku bupati Manggarai Timur saat itu mengamini kehadiran PT. Istindo Perdana untuk membangun pabrik mangan di kampung Serise desa Satar Punda, yang mengakibatkan kerusakan terhadap tanah mereka serta masyarakat sekitar terkena sakit dan kekurangan air.

Masyarakat Manggarai mayoritas berprofesi petani. Dalam masyarakat yang berprofesi sebagai petani, tanah merupakan wadah sumber makanan. Berbagai penghasilan yang dihasilkan dari tanah, seperti kemiri, cengkeh, cokelat, jagung, dan tanaman-tanaman lain yang menjadi penghasilan rutin baik tanaman jangka panjang maupun tanaman berjangka pendek, seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau serta tanaman-tanaman lainnya.

Apabila tanah dipakai untuk pabrik semen maupun tambang batu gamping sebagai bahan dasar semen, maka kemungkinan besar penghasilan-penghasilan rutin tersebut hilang untuk selamanya, karena tanah telah tidak dapat dipergunakan lagi.

Manusia terus lahir dan berkembang dari masa ke masa, sedangkan tanah tidak pernah lahir kembali. Berpijak pada prinsip ini, maka wajar ketika masyarakat desa Satar Punda kabupaten Manggarai Timur yang menjadi objek target pendirian dua perusahaan yang bergerak dalam pabrik tambang semen menolak untuk mendirikan perusahaan tersebut di atas tanah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun