"Dan dia sungguh tidak layak untuk dimaafkan!"
Brak!
"Aku tidak akan memafkannya. Bahkan sekalipun dia bersujud kepayahan menyembah-nyembahku seperti tuhan."
Aku yang mulanya, juga, ingin meluapkan kekesalanku kepada Kalani malah justru urung, karena dengan kemarahannya dia sempat-sempatnya membuat kalimat humor.
Aku segera membalas, "Tentu saja aku tidak akan meminta maaf padanya. Bahkan kalau dia berharap aku menyebahnya seperti tuhan, aku pastilah umatnya yang bandel dan kafir. "
Brak!
"Aku akan membunuh umatku yang bandel dan kafir."
Brak!
"Dengan ijinmu, aku tak akan terbunuh. Bahkan sekalipun orang di sampingku boleh dipinjami palu dewa Thor."
Brak!
Kalani tertawa. Kalani tertawa. Kenapa dia tertawa? Pikirku. Tidak. Tidak. Itu tidak penting. Aku tidak akan menggangunya saat dia tertawa. Aku tidak akan bertanya kenapa dia tertawa.