Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | "Hitting Mices"

29 Desember 2017   06:03 Diperbarui: 30 Desember 2017   00:53 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi entah apa yang menjebakku. Oleh siapa. Aku bahkan tidak yakin jika yang menjebakku adalah seseorang, memangnya siapa orang yang tega menjebakku untuk datang ke sini. Aku begitu marah. Namun ketika kulihat orang-orang di dalam mal, hatiku sedikit tentram. Ternyata bukan hanya aku saja yang diundang, tapi mereka semua.

Aku memutuskan turun. Aku mendekati eskalator yang akan membawaku turun. Namun segera berubah pikiran ketika dari pandanganku, kupikir aku akan berdiri sebentar di tepi pagar eskalator untuk menyaksikan orang-orang di berada bawahku.

Menyaksikan orang-orang di bawahku nampaknya bisa jadi kegiatan menarik. Aku tidak tahu dimana sisi menariknya. Tapi melihat mereka seperti bidak catur di atas papan yang dapat bergeser-geser sendiri membuatku merasa nyaman. Namun jauh dari itu sebetulnya aku cuma ingin tahu apa yang mereka pikirkan. Apa tanggapan mereka ketika tahu bahwa diri mereka sedang mendekati jebakan? Apa yang akan mereka lakukan? Apa mereka tak pernah khawatir?

Aku selalu khawatir terjebak di suatu tempat dan tak bisa keluar dari dalamnya. Akhir-akhir ini aku bahkan sering merasa terjebak di dalam tubuh sendiri dan itu membuatku ingin menangis. Bukan karena tak bisa menemukan jalan keluarnya. Melainkan aku ragu apa jalan itu masih ada.

Aku melamun lama di tepi tangga eskalator sampai kukira seseorang menepuk pundakku sekali dan dia berkata, "Mau bunuh diri ya?"

Aku memutar leherku tiga puluh derajat. Kalani. Lalu karena aku tahu dia Kalani aku segera menjawab, "Jangan sok tahu."

"Jika bukan, berarti kau harus berpikir ulang kalau mau melompat dari atas sini. Kata orang, manusia itu dilahirkan dengan sepasang sayap. Tapi kalau kau percaya padaku, rata-rata sepasang sayap itu tak bisa diandalkan ketika kita sedang butuh. Dan ketika kau mendapati dirimu sendiri melayang di udara bebas dan sepasang sayap itu tidak muncul mengepakan dirinya  maka sebaiknya kusarankan jangan menyesal."

"Sudah kubilang. Aku tak ingin bunuh diri."

"Aku tidak membenci kok, sama orang yang memutuskan bunuh diri."

Kata-katanya sungguh kasar. "Kenapa kau bersikap kasar padaku?"

"Dengan berharap kau bunuh diri, maksudmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun