Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

2 Jam Berikutnya

24 Februari 2017   03:51 Diperbarui: 24 Februari 2017   04:00 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat ketika mantan pacarku datang dan ia berdiri di sampingku dan seseorang juga memakaikan topi di kepalanya, Ayah Si kurus memberikan kepadanya sebuah kotak kecil berwarna hitam yang ia dapat dari dalam saku celananya. Si kurus menerima dan membuka kotak itu di hadapan kekasihnya. Di dalam kotak hitam itu, sebuah cincin permata cantik bersinar-sinar, seperti mata Si Gendut, yang masih terkejut sekaligus tersipu.

Saat Si Kurus menunduk anggun macam pangeran, memakaikan cincin di jari manis kekasihnya, yakni Si Gendut, sekonyong-koyong, suasana romantis itu, mendadak berubah menjadi kikuk dan berantakkan karena Si Kurus berusaha terlalu keras memasukan cincin itu ke dalam jari manis Si Gendut, yang jelas-jelas tidak muat sehingga cincin itu terjatuh ke bawah rumput kakinya.

Sebutir keringat di pelipis Si Kurus nampak mengalir menuju pipinya. Kami semua hanya menonton pertunjukan itu. Si Kurus mengais-ngais rumput lokasi cincin itu terjatuh, namun enam puluh detik berlalu, cincin kecil itu, belum juga bisa ditemukan. Sayang sekali. Padahal ini adalah moment spesial, dan Si Kurus, yang keringatnya sudah sebesar biji jagung merusaknya dengan tindakan yang sangat ceroboh.

Semua orang ikut membantunya menemukan cincin itu. Termasuk aku dan mantan pacarku. Tiga menit berlalu, cincin itu belum ditemukan. Mungkin karena tindakan Si Kurus tadi mengais-ngais rumput terlalu keras menyebabkan cincin itu meloncat hingga terpental di suatu tempat yang tersembunyi.

Kira-kira lima menit kemudian cincin itu baru bisa ditemukan. Ditemukan langsung oleh calon pemiliknya, yakni Si Gendut. Lantas Si Gendut mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi ke langit seolah ia baru saja menemukan jarum ditumpukan jerami, ia berteriak, “Ini dia cincin sialan itu!” pekiknya.

Mata semua orang memandang benda yang diangkat oleh Si Gendut. Kami semua lega.

Tahu cara menanggulangi kegagalan, maka Si Gendut langsung memakai cincin itu di jari kelingkingnya. Keputusan yang tepat, batinku. Lalu semua orang berdiri dan bertepuk tangan atas keberhasilan Si Gendut. Mantan pacarku, yang berdiri tepat di samping kiriku memandang wanita itu, dan ia bertepuk paling keras.

Setelah acara mengharukan itu selesai. Mantan pacarku menggandenng tanganku, menjauh dari mereka dan ia mengatakan, “Aku juga ingin dilamar seromatis itu, Caius!”

Ia memberiku kode. “Tapi kan kita sudah putus?” kataku.

“Dua jam lalu memang iya. Tapi bagaimana dengan dua jam berikutnya? Kau kan masih mencintaiku kan?”

“Masih,” jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun