Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

2 Jam Berikutnya

24 Februari 2017   03:51 Diperbarui: 24 Februari 2017   04:00 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jika begitu, bersabarlah barang satu bulan lagi. Aku janji aku akan melunasi semuanya dan membawamu pergi. Percayalah padaku!” Lalu Si Kurus memeluk kepala Si Gendut itu di dadanya.

Aku menebak bahwa Si Gendut bakal luluh, karena ia terlihat pasrah dipelukan Si kurus. Namun tebakanku meleset, sebab Si Gendut justru melepaskan pelukan itu sambil sedikit membentak. “Apa? Aku harus percaya lagi padamu? Hubungan kita saja memang sudah seperti dua orang pelawak. Kau selalu bilang begitu kan? Dan kau memang nggak pernah berniat memikirkanku sepanjang hidupmu. Karena sepanjang hidupmu, kau nggak memiliki rencana buat menikah denganku. Kau harus mulai berkata jujur sekarang!”

Si Kurus terkejut. Ia menatap mata kekasihnya itu seolah ingin bertanya apa selama ini diam-diam ia kursus bahasa.

 “Aku benar-benar berpikir,” Si Kurus membuka mulutnya. “Coba kupikir-pikir dulu....”

Tiba-tiba dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Si Kurus mengintip ponsel di saku kemejanya.  

Si Gendut nampak sangat marah dan kalau dilihat dari gesture tubuhnya, kurasa ia ingin sekali memukul Si kurus itu hingga lembek. Namun beruntung karena tiba-tiba saja dari arah yang tak terduga datang sekelompok orang dengan pakaian aneh. Mereka mengenakan rambut badut dan topi kerucut dengan warna yang mencolok. Dan memenuhi bangku lingkar taman semen dalam waktu singkat.

Ada sekitar lima orang perempuan dan empat laki-laki dari rombongan itu. Kemudian disusul dua orang di belakangnya. Lelaki tua dengan kemeja kotak-kotak yang rapi dan seorang wanita tua yang juga mengenakan kemeja lengan panjang kotak-kotak, melangkah serasi.     

Lalu Si Kurus menyebut kedua orang tua itu Mama dan Papa.

Selamat ulang tahun!

Selamat ulang tahun!

Begitu pekik dari rombongan itu. Bunyi terompet menyalak-nyalak. Dan seperti dalam adegan sulap, tiba-tiba Si Kurus sudah menopang sebuah piring berisi kue bulat yang telah dihias warna-warni, tapi sudah nampak sedikit rusak. Di atas kue itu ada lilin yang membentuk angka tiga puluh lima yang sudah dinyalakan. Suasana sore itu sangat mengesankan sampai-sampai aku bangkit karena merasa perlu turut bergabung dengan mereka. Seseorang di sampingku memakaikan topi kerucut di kepalaku. Lilin ditiup dan kegembiraan nampak di wajah semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun