Peran donatur organisasi dan PAC juga semakin intens. Sepuluh organisasi dengan donasi terbesar, yang mewakili industri seperti energi, keuangan, dan farmasi, secara kolektif menyumbangkan lebih dari $800 juta atau sekitar Rp12,52 triliun.
Korporasi seperti SpaceX, Citadel, dan Susquehanna International Group menyumbangkan masing-masing lebih dari $6 juta atau sekitar Rp93,93 triliun.
Di sisi lain, PAC seperti National Association of Realtors, National Beer Wholesalers Association, dan American Bankers Association menyumbangkan antara $2,3 hingga 3,8 miliar atau sekitar Rp36 hingga 50,49 triliun.
Model pendanaan ini menempatkan kekuatan besar di tangan sektor-sektor yang memiliki kepentingan khusus, yang seringkali memengaruhi kebijakan publik demi keuntungan pribadi yang menjadi pemilik manfaat atau entitas terkait.
Pengaruh keuangan yang besar dari para donatur dan PAC menimbulkan pertanyaan mendasar, siapa yang benar-benar diuntungkan oleh hasil pemilu AS 2024?
Karena kandidat semakin bergantung pada segelintir penyokong kaya, ada risiko yang semakin besar bahwa para pejabat terpilih akan lebih memprioritaskan kepentingan para donatur mereka daripada masyarakat luas, yang pada akhirnya merusak akuntabilitas demokratis.
Perpecahan Kontribusi Bisnis-Buruh-Ideologi dalam Kampanye
Siklus pemilu AS 2024 juga menunjukkan perpecahan yang signifikan dalam kontribusi dari kepentingan bisnis, serikat pekerja, dan kelompok ideologi, masing-masing mendorong agenda mereka sendiri dan mendukung kandidat yang sesuai dengan tujuan mereka.
Entitas bisnis, terutama PAC korporasi, menyumbangkan sekitar $5,3 miliar atau Rp82,97 triliun, sebagian besar untuk mendukung kandidat yang mendukung kebijakan pro-bisnis, termasuk keringanan pajak, deregulasi, dan dukungan untuk sektor swasta.
Dukungan finansial yang besar ini memungkinkan kepentingan bisnis untuk mengarahkan platform kandidat menuju kebijakan yang menguntungkan pertumbuhan ekonomi dan profitabilitas perusahaan.
Sumbangan tersebut didistribusikan secara merata untuk Partai Demokrat dan Republik, menunjukkan upaya dari entitas bisnis untuk melobi kedua pihak utama dalam pemilu ini.