Dalam iklim politik yang mahal ini, kekuatan dukungan finansial menjadi sangat penting, secara efektif menciptakan hambatan politik bagi individu yang tidak memiliki akses ke sumber daya yang besar.
Hambatan finansial ini menjadi sangat mengkhawatirkan mengingat implikasinya terhadap representasi politik dan keberagaman.
Peningkatan tajam dalam pengeluaran kampanye tidak hanya membatasi siapa yang dapat mencalonkan diri, tetapi juga menyoroti peran uang dalam menentukan keberhasilan politik, di mana kandidat yang memiliki keistimewaan finansial memiliki keuntungan yang jelas.
Dengan fokus yang semakin besar pada penggalangan dana, kandidat terpaksa merayu donatur kaya, yang pada akhirnya berpotensi memprioritaskan kepentingan penyokong mereka dibandingkan kebutuhan masyarakat luas.
Dominasi Donatur dan PAC: Uang sebagai Kekuatan Politik
Dalam pemilu AS 2024, para donatur utama dan PAC memiliki pengaruh yang luar biasa.
Data menunjukkan bahwa sepuluh donatur terbesar menyumbangkan lebih dari $1,2 miliar atau sekitar Rp18,79 triliun secara kolektif, dengan lima donatur individu terbesar masing-masing memberikan lebih dari $100 juta.
Konsentrasi kekayaan yang dimiliki oleh segelintir individu ini memungkinkan mereka untuk sangat mempengaruhi kandidat dan isu-isu yang menjadi prioritas dalam kampanye mereka.
Sumbangan-sumbangan ini menyoroti ketergantungan sistemik pada para penyokong kaya, yang menantang premis demokrasi yang representatif.