Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran
Menurut teori kognitif, belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang melibatkan proses internal, penataan ulang persepsi, dan penataan informasi. Latihan pembelajaran berbasis teori pembelajaran kognitif telah diterapkan secara luas. Proses penetapan tujuan, strategi, dan sasaran pembelajaran tidak lagi bersifat mekanistik seperti pada pendekatan behavioristik. Agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, pertimbangan diberikan pada kebebasan dan partisipasi aktif mereka dalam proses tersebut. Sementara itu, upaya pendidikan berpegang pada prinsip-prinsip berikut:
- Orang dewasa tidak berpikir dengan cara yang sama seperti siswa. Melalui tahapan tertentu, mereka melalui perkembangan kognitif.
- Anak-anak di usia prasekolah dan awal tahun sekolah dasar dapat belajar secara efektif, terutama jika mereka mendengar benda-benda nyata.
- Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sangat penting karena hanya melalui aktivasi siswa pengetahuan dan pengalaman dapat diasimilasi dan diakomodasi dengan baik.
- Pengalaman atau informasi baru harus dihubungkan dengan struktur kognitif pelajar yang sudah ada sebelumnya untuk membangkitkan minat dan meningkatkan retensi.
- Materi pembelajaran yang disusun menurut pola atau logika tertentu, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit, akan meningkatkan pemahaman dan daya ingat.
- Memperoleh pemahaman lebih penting daripada menghafal.
- Karena perbedaan individu di antara siswa mempunyai dampak yang signifikan terhadap kemampuan mereka untuk belajar, maka penting untuk mempertimbangkannya.
- Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara :
- Perencanaan atau persiapan
Misalnya dengan mengelompokkan daftar materi yang akan dipelajari ke dalam kelompok-kelompok yang bermakna dan mudah diingat.
- Teknik lokus (tempat).
Ini adalah teknik peningkatan memori di mana seseorang memunculkan gambaran mental yang terkait dengan lokasi tertentu.
- Irama, yaitu teknik ingatan berbasis nyanyian.
Misalnya saja penggunaan lagu untuk memperkenalkan tatanan Islam atau rukun agama.
Secara keseluruhan, teori belajar kognitif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan dengan jelas betapa pentingnya teori pembelajaran kognitif bagi proses belajar mengajar siswa. Pendekatan ini memberi penekanan kuat pada bagaimana pembelajaran mempengaruhi perilaku melalui proses kognitif. Selain itu, teori ini menyoroti pentingnya pengalaman masa lalu ketika mempertimbangkan strategi pemecahan masalah. Menurut hipotesis pembelajaran kognitif, pengalaman siswa memainkan peran penting dalam kemampuan mereka memecahkan masalah. Perkembangan paradigma pembelajaran kognitif ini memiliki konsekuensi lebih lanjut terhadap cara anak-anak dan siswa diajar dan belajar. Merangsang ingatan anak usia dini merupakan cara pertama teori pembelajaran kognitif berhubungan dengan proses belajar siswa.
Dia menggunakan pengalaman yang lebih bermanfaat untuk mendukung pembelajaran dalam pembelajaran kognitif. Hasilnya, ingatan masa lalu anak dapat dirangsang melalui pembelajaran kognitif. Anak-anak, misalnya, akan mempelajari hal-hal di sekolah yang memerlukan pengalaman atau keahlian sebelumnya. mirip dengan kemampuan 3M dalam membaca, menulis, dan matematika. Mengingat pengetahuan yang mereka miliki sejak usia dini, anak-anak ini tentu saja tidak akan menganggap situasi ini terlalu menantang.
Selain itu, membantu siswa dalam mengingat kejadian masa lalu merupakan cara selanjutnya penerapan teori belajar kognitif dalam proses belajar mengajar. Karena pembelajaran kognitif menyoroti perubahan proses berpikir manusia dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Menurut Jean Piaget, anak-anak adalah pembelajar yang terlibat dan bertindak seperti ilmuwan muda dan pada akhirnya akan mengembangkan teori mereka sendiri. Selain itu, hal ini bergantung pada cara anak mempelajari informasinya. Anak-anak, misalnya, belajar melalui pengalaman mereka sendiri dengan dunia. Akibatnya, selama bersekolah, anak tersebut akan membantu siswa lainnya dalam meninjau kembali informasi mereka sebelumnya, khususnya yang mereka pelajari saat masih kecil. Di sisi lain, isi pelajaran hendaknya disusun sesuai dengan tahap perkembangan anak sebagai salah satu kegunaan pembelajaran kognitif. Dia telah mengkategorikan empat tahap perkembangan kognitif Piaget---sensorik motorik (dari lahir hingga dua tahun), praoperasi (dua hingga tujuh tahun), operasi konkrit (tujuh hingga sebelas tahun), dan operasi formal (sebelas tahun hingga remaja)---sesuai dengan Teori Jean Piaget tentang teori belajar kognitif. Oleh karena itu, isi kelas harus sesuai dengan tahap perkembangan siswa selama proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan keterampilan dan pengetahuan anak berbeda-beda tergantung pada usia atau tahapan di mana ia berada. Di sini pendidik harus mengkomunikasikan dan menyusun materi pelajaran berdasarkan tahap perkembangan peserta didik. Anak-anak prasekolah, misalnya, sering kali memahami dasar-dasar keterampilan 3M dan lebih memilih bermain sambil belajar, sehingga guru harus menyesuaikan pelajaran mereka dengan tahap perkembangan siswa daripada mengajari mereka hal-hal yang terlalu sulit bagi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H