Mohon tunggu...
Andini Diniyah
Andini Diniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

sedang berkuliah di UIN KHAS JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Kognitivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

31 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 31 Maret 2024   20:18 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Hakikat teori belajar Ausubel adalah pembelajaran bermakana. Pembelajaran bermakna adalah proses Dimana informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang terkandung dalam stuktur kognitif seseorang. Faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang sudah diketahui siswa. Persyaratan inilah yang menjadi inti teori belajar Ausubel. Agar pembelajaran bermakna dapat terjadi, konsep-konsep baru dan informasi bau harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam sturktur kognitif siswa.

Menurut Ausubel, bila isi pelajaran didefinisikan dan disajikan dengan baik dan benar kepada siswa, maka siswa akan belajar lebih baik, sehingga mempengaruhi pengorganisasian kemampuan belajar siswa. Advanced organiser merupakan suatu konsep atau informasi umum yang memuat seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari siswa. Penyelenggara Tingkat lanjut memiliki tiga manfaat. Ini meberikan kerangka konseptual dan bertindak  sebagai jembatan antara apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dipelajari, sehingga memungkinkan siswa untuk lebih mudah memahami materi. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang mata pelajaran sehingga dapat menemukan informasi yang sangat abstrak, umum, dan komperehensif yang mencerminkan apa yang telah dipelajari. Guru juga memerlukan kemampuan berpikir logis yang baik untuk dapat mengkategorikan materi pembelajaran, merangkainya dengan cepat, dan mengorganisasikannya ke dalam struktur yang logis dan mudah dipahami.

Ada beberapa jenis pembelajaran menurut Ausubel, yaitu:

A. Belajar dengan penemuan bermakna berarti menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan materi pelajaran yang dipelajari. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang telah dipelajarinya, kemudian mereka menghubungkan pengetahuan baru tersebut dengan pengetahuan yang sudah ada.

B. Belajar dengan penemuan sia-sia artinya pelajaran yang diperoleh ditemukan oleh siswa sendiri tanpa mengaitkan ilmu yang telah dimilikinya, kemudian ia menghafalkannya.

C. Pembelajaran menerima makna (ekspositori) merupakan materi pembelajaran yang telah disusun secara logis dan disajikan kepada siswa hingga bentuk akhir. Kemudian ilmu yang baru diperolehnya dihubungkan dengan ilmu lain yang sudah dimilikinya.

Menurut Ausubel, pembelajaran dapat dibedakan menjadi 2 aspek. Aspek pertama mengacu pada cara informasi dan materi pembelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Aspek kedua menyangkut bagaimana siswa dapat menghubungkan informasi dengan struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif ini mencakup fakta, konsep, dan generalisasi yang dipelajari dan diinginkan siswa. Pada pembelajaran tingkat pertama, informasi dapat  diajarkan kepada siswa dalam bentuk pembelajaran penerimaan, dimana informasi tersebut akhirnya disajikan, atau dalam bentuk pembelajaran penemuan, dimana siswa harus  menemukan sebgian atau seluruh materi. Oleh diriku sendiri. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau menghubungkan informasi baru dengan stuktur  pengetahuan ( fakta, konsep, generalisasi, dan lain-lain) yang dimilikinya. Dalam hal ini, pembelajaran bermakna terjadi. Namun siswa juga mungkin mencoba menerima, menguasai, dan mengingat informasi baru tanpa menghubungkannya dengan konsep kognitif yang sudah ada, sehingga mengakibatkan hafalan.

Pembelajaran Menurut Aliran Kognitivistik Jerome S. Brunner

Jerome Bruner merupakan salah satu pemikir terkenal di dunia pendidikan, khususnya di bidang pendekatan kognitif. Teori-teori yang dikembangkan oleh Bruner pertama kali diketahui msyarakat uum, karena gagasannya tentang pendidikan sangat provokatif dan kontroversial. Di saat masyarakat dunia sangat membutuhkan Jean Piaget untuk mempromosikan konsep-konsep psikologi pendidikan, kemunculan bruner bergema di banyak orang. Hal ini karena gagasannya mengulangi konsep Piaget di satu sisi, dan menolak konsep Piaget di sisi  lain. Di sisi lain, ini dipahami sebgai metode kognitif.

Bagi Bruner, perkembangan suatu keterampilan berpikir tergantung pada dua kemampuan yang dibangunnya. Pertama, ia mengutip representasi yang mewakili regulasi fundamental lingkungan hidup dan integrasi yang dipandang malampaui ingatan masa lalu dan menerjemahkannya ke masa depan. Pengembangan kapasitas intelejen ini digunakan untuk menciptakan terobosan dan inovasi baru yang menjadi prototype bagi pelaku kebudayaan (guru dan orang tua).

Dasar pemikirannya sebagai pengikut Piaget (Piagetisme) dapat dilihat dari tiga konsep yang ditulisnya dalam The Process of Cognitive Growth. Buku ini memiliki tiga konsep perkembangan intelektual: aktif, simbolik, dan simbolis. Pertama, representasi aktif ini menyangkut tindakan siswa ketika ia mengamati dan sekaligus menjadikan objek yang dilihatnya sebagai fakta empiris. Pada tahap ini siswa harus mampu menggunakan imajinasinya untuk menangkap objek sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Yang terpenting, kemungkinan-kemungkinan apa saja yang muncul ketika siswa menggunakan respon motoric.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun