Mohon tunggu...
Andin Cholid
Andin Cholid Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan

Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Money

Melepas Beras kepada Pasar

22 Januari 2019   15:03 Diperbarui: 23 Januari 2019   09:07 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada komoditi beras, masyarakat mulai menentukan standarnya sendiri terhadap kualitas beras yang akan dibelinya, terutama pada kriteria visual dan rasa. Secara umum beras ditentukan berkualitas bagus oleh masyarakat jika secara visual beras tersebut putih dan bersih serta terlihat utuh butiran berasnya, semakin putih bersih dan utuh maka semakin bagus kualitasnya. 

Setelah itu masyarakat sebagai konsumen memilih jenis beras sesuai harapan rasa atau selera nasi ketika beras tersebut dimasak, sehingga kemudian pilihan jatuh pada beras pera, beras pulen, atau beras aromatic semisal beras pandan wangi dan sebagainya.

Perlahan permintaan terhadap beras berkualitas bagus meningkat. Hal ini tentu direspon oleh pengusaha penggilingan agar tidak kehilangan pangsa pasar mereka. Para pengusaha penggilingan ini berlomba berinvestasi guna meningkatkan teknik pengolahan mereka supaya dapat bersaing di pasar komoditi beras. Meskipun kualitas beras ditentukan oleh kualitas gabah dan kualitas benih dan kualitas proses tanam, namun kualitas beras juga ditentukan oleh teknik pengolahan dan perpaduan bahan baku pada tahap mengolah gabah menjadi beras. 

Jika sebelumnya gabah cukup dikupas dan dipoles untuk mendapatkan beras, proses ini kemudian ditambah dengan teknik pembersihan dan sortir. Untuk membuat beras hasil giling menjadi bersih secara visual, dikembangkan teknik menggunakan mesin doble polish, myst polish, destoner, color sorter. Sedangkan untuk menghasilkan beras yang utuh buitran berasnya dkembangkan teknik menggunakan mesin separator, sifter, sieve dan lain sebagainya, termasuk menggunakan berbagai macam jenis mesin dryer untuk memastikan kadar air sesuai standar giling.

Investasi ini tentu membutuhkan dana yang harus kembali pada pemilik penggilingan sebagaimana pakem finansial dalam dunia usaha. Untuk mendapatkan pengembalian investasi tentulah dibebankan kepada konsumen yang pada akhirnya mendongkrak harga jual beras yang diproduksi, sebanding  dengan peningkatan kualitas sesuai harapan konsumen. 

Tidak ada yang salah dengan kondisi ini karena hal ini memang yang seharusnya terjadi. Yang mejadi masalah adalah ketika kurva normal permintaan bergeser tetapi ada sebagian masyarakat yang tidak dapat menjangkau pergerseran tersebut. Bagi masyarakat yang berpenghasilan cukup atau berlebih hal ini bukan menjadi masalah, tetapi bagi yang berpenghasilan terbatas hal ini menjadi masalah. 

Pun demikian bagi Pemerintah ketika harus mencukupi cadangan beras karena terjadi pergeseran pasar ini. Pasar sudah bergeser dari beras medium ke beras premium, tetapi pengadaan beras yang dilakukan oleh Pemerintah belum mengikuti pergeseran tersebut yakni masih menggunakan standar kualitas di segmen beras medium. Pasar bergeser menyebabkan pasokan beras medium berkurang karena pasar lebih condong produksi ke beras premium sedangkan Pemerintah hanya membeli beras medium untuk cadangan pangan. Kebijakan ini berimbas pasokan pangan dari dalam negeri seolah tidak tercukupi padahal pasokan beras dalam negeri cukup banyak hanya saja berupa beras prmium.

INTERVENSI PEMERINTAH PADA PASAR BERAS

Sudah diketahui umum bahwa sejak terjadinya kesepakatan antara Pemerintah dengan IMF, negara banyak kehilangan kendali terhadap pasar karena hampir semua komoditi dilepaskan kepada mekanisme pasar. 

Saat itu hanya komoditi beras yang masih dikuasai Pemerintah, itu pun tidak sepenuhnya hanya beras untuk kepentingan masyarakat golongan tertentu yang masih dikuasai oleh Pemerintah melalui program RASKIN. Hal ini dilakukan karena kewajiban negara untuk melindungi masyarakat dari kerawanan pangan, khususnya bagi masyarakat tidak mampu. 

Adanya program ini membuat Pemerintah dapat memberikan jaminan pangan bagi masyarakat tidak mampu dengan harga yang sangat terjangkau. Namun demikian bukan berarti tugas Pemerintah selesai, masih ada masalah lain yang dihadapi Pemerintah yaitu tentang stabilisasi harga. Instabilitas harga tidak hanya berpengaruh pada segmen tertentu saja, tetapi mempengaruhi seluruh aspek pasar. Pada komoditi beras, instabilitas harga berpengaruh pada semua segmen beras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun