Mohon tunggu...
Dr. Andi Hermawan M.Pd
Dr. Andi Hermawan M.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru Swasta

Menulis adalah Caraku bersyukur dan mensyukuri Karunia Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konflik dan Negoisasi dalam Organisasi Pendidikan

6 November 2022   22:42 Diperbarui: 6 November 2022   23:40 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik bisa dialami oleh siapapun dan di manapun, termasuk di sekolah. Peserta didik, guru, atau pun kepala sekolah dalam waktu-waktu tertentu sangat mungkin dihadapkan dengan konflik

Apabila konflik yang terjadi di sekolah tidak terkelola dan bersifat destruktif, maka selain dapat mengganggu organisasi sekolah juga dapat mengganggu terhadap pencapaian efektivitas dan efisiensi pendidikan. 

Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian. Karena itu keahlian untuk mengelola konflik melalui manajemen konflik sangat diperlukan bagi setiap pimpinan, termasuk kepala sekolah dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di lingkungan sekolah.

Negosiasi adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Negosiasi tidaklah untuk mencari pemenang dan pecundang; dalam setiap negosiasi terdapat kesempatan untuk menggunakan kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan kreatif untuk membawa kedua belah pihak ke arah hasil yang positif bagi kepentingan bersama.

Kepala sekolah dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak positif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan utama menerapkan managemen konflik dalam organisasi sekolah adalah untuk membangun dan mempertahankan kerja sama yang kooperatif dengan pihak-pihak yang ada dalam organisasi pendidikan, yakni kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, bahkandengan pihak luar.

PENDAHULUAN

Manusia merupakan mahluk hidup yang tidak terlepas dari ketergantungan dengan manusia lain didalam suatu masyarakat atau sering disebut sebagai mahluk sosial. Setiap individu memiliki ciri khas yang dibawa dalam suatu interaksi sosial dengan anggota masyarakat. Kekhasan suatu individu dapat menjadi suatu yang positif, yaitu menciptakan peluang maupun suatu yang negatif, yaitu hambatan dalam suatu masyarakat. 

Peluang dan hambatan tersebut muncul ketika anggota masyarakat menetapkan tujuan-tujuan yang dianggap baik di masyarakat tersebut. Individu yang memiliki ciri khas yang sesuai dengan tujuan maka dianggap memberikan pengaruh yang positif sedangkan individu yang memiliki ciri khas yang tidak sesuai dengan tujuan akan dianggap memberikan pengaruh yang negatif pada anggota masyarakat lainnya.

Perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan keefektifan suatu organisasi (Robbins, 2008). 

Salah satu bentuk hambatan yang ada didalam organisasi adalah konflik yang disebabkan ketidakselarasan perilaku dari individu, kelompok dan struktur dalam suatu organisasi. Namun konflik juga dapat menjadi suatu peluang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan lebih efektif dan efisien sehingga organisasi tidak bersifat statis.

Konflik yang dapat menjadi peluang dalam organisasi mampu menimbulkan perpecahan apabila konflik tersebut tidak terkontrol. Maka, diperlukan proses negosiasi dalam suatu konflik sebagai bentuk kelanjutan kerjasama dalam mencapai tujuan organisasi. 

Selain itu, konflik dan negosiasi dalam suatu organisasi akan diatur oleh manajer dalam menjalankan fungsinya, yaitu leadership atau pemimpinan sehingga impilkasi dari konflik dan negosiasi perlu untuk diketahui untuk tetap menjaga integrasi suatu organisasi tetap terkontrol.

METODE PENELITIAN 

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan konflik dan negosiasi dalam organisasi pendidikan  dengan menggunakan metode literatur. Metode literatur adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data histories dengan bersumberkan pada literatur-literatur yang tersedia (Burhan Bungin, 2008). 

Pengertian lainnya, Sugiono (2005:238) menyatakan bahwa metode literatur merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang  berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 

Dengan kata lain metode literatur adalah suatu metode penelitian yang bersumberkan pada literatur-literatur yang tersedia baik berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.  Berdasarkan kajian atas literatur tersebut kemudian peneliti melakukan sisntesis dan kesimpulan dalam bentuk deskripsi yang memiliki kebaruan dan memiliki tambahan informasi.

HASIL PEMBAHASAN

1. Konflik

Menurut Pace & Faules (1994:249), konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.

Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

Carter, Greg Lee dan Joseph F. Byrnes (2006:85), bahwa konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk.      

Konflik menurut Stewart & Logan (1993:341) tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.

Menurut Robbin (1996:545), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

Dari definisi diatas dapat disintesiskan konflik adalah dampak dari suatu praktek masyarakat yang melibatkan dua orang atau lebih, biasanya konflik terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan adanya ketidakpuasan terhadap suatu kesepakatan yang telah di dapat. Konflik terjadi karena salah satu individu merasa benar dengan pendapat yang diberikan, ingin menang dan bermaksud untuk saling menyingkirkan.

2. Negosiasi

Negosiasi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah konflik dalam organisasi. Sedangkan menurut menurut Ivancevich (2009: 172) negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Selain Ivancevich, Robbins ( 2007: 295) menyatakan bahwa negosiasi adalah sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.

Adapun negosiasi menurut Hayes (2002:230) adalah sebuah proses menghasilkan keputusan bersama, dimana orang-orang dengan tujuan/ keinginan yang berbeda berinteraksi dengan tujuan untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan tersebut.

Negosiasi menurut Jaqueline M. Nolan-Haley (1999:116) adalah: “Negotiation may be generally defined as a consensual bargaining process in which parties attempt to reach agreement on a disputed or potentially disputed matterí.” Terjemahan bebasnya adalah: “Negosiasi dapat diartikan secara umum sebagai konsensual dari proses penawaran antara para pihak untuk mencapai suatu kesepakatan tetang suatu sengketa atau sesuatu hal yang berpotensi menjadi sengketa.”

Negosiasi menurut Lewicki R. J. dan J.A.Literer.(1985:251) adalah: “Suatu cara di mana individu berkomunikasi satu sama lain mengatur hubungan mereka dalam bisnis dan kehidupan sehari-harihnya” atau “Proses yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika ada pihak lain yang menguasai apa yang kita inginkan”

Dari definisi diatas dapat disintesiskan negosiasi merupakan sebuah proses dimana ada dua pihak atau lebih mencari kesepakatan yang terjadi karena adanya perbedaan pendapat oleh keduanya. Oleh sebab itu, pendapat yang berbeda-beda dapat menimbulkan sebuah konflik yang dapat diredam dengan menggunakan metode negosiasi.

SUMBER-SUMBER KONFLIK

1. Perbedaan Setiap Individu

Setiap individu di dalam suatu kelompok masyarakat pasti memiliki perbedaan pandangan, pendapat, dan cara berinteraksi. Hal ini sangat berpotensi menimbulkan terjadinya perselisihan yang kemudian menjadi penyebab konflik.

2. Faktor Kebudayaan

Latar kebudayaan yang berbeda di suatu masyarakat dapat menimbulkan terjadinya konflik. Kebudayaan masing-masing daerah memiliki keunikan tersendiri dan dapat membentuk kepribadian seseorang. Contohnya, perilaku dan cara berbicara orang Batak yang keras seringkali dianggap arogan dan suka marah oleh orang lain yang berbeda kebudayaan, misalnya orang Sunda.

3. Faktor Kepentingan

Setiap individu maupun kelompok di dalam suatu masyarakat memiliki beragam kepentingan masing-masing. Kepentingan tersebut bisa dalam hal ekonomi, sosial, maupun politik. Perbedaan pandangan dan kepentingan di berbagai bidang kehidupan manusia merupakan faktor penyebab konflik yang sangat sulit untuk dihindari.

4. Interaksi Sosial

Kurangnya keharmonisan dalam hal interaksi sosial juga dapat menimbulkan terjadinya konflik di masyarakat. Ketidakharmonisan dalam interaksi sosial bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya sifat bawaan seseorang, kondisi ekonomi, kesenjangan sosial, kurang pendidikan, dan lain sebagainya.

5. Perubahan Sosial

Perubahan sosial dapat terjadi secara alami karena pada dasarnya manusia memang senantiasa mengalami perubahan. Dan perubahan sosial ini cukup sering menjadi faktor penyebab terjadinya konflik di dalam masyarakat.

 

JENIS-JENIS KONFLIK  

1. Konflik Individu

Konflik pribadi adalah konflik yang terjadi antara individu dengan individu atau dengan kelompok masyarakat. Jenis konflik ini sangat sering terjadi di dalam keluarga, pertemanan, dunia kerja, dan lainnya.

2. Konflik Rasial

Konflik rasial adalah konflik yang terjadi antara dua ras atau lebih yang berbeda. Konflik rasioal akan terjadi ketika setiap ras merasa lebih unggul dan lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri di atas kepentingan bersama.

3. Konflik Agama

Konflik agama adalah konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok yang memiliki agama dan keyakinan berbeda. Sebagian besar masyarakat menganggap agama sebagai tuntunan dan pedoman hidupnya yang harus diikuti secara mutlak. Sehingga apapun yang berbeda atau tidak sesuai dengan agamanya akan dianggap masalah dan kemudian memicu terjadinya konflik.

4. Konflik Antar Kelas Sosial

Adanya pengelompokan kelas di dalam masyarakat sangat berpotensi menimbulkan terjadinya konflik. Perebutan dan upaya mempertahankan peran dan status di dalam kelompok masyarakat seringkali menimbulkan konflik. Misalnya kelompok kaya dan kelompok miskin/ menengah yang saling memperebutkan kekuasaan di dalam politik.

5. Konflik Politik

Konflik politik adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan di dalam kehidupan politik. Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok ingin berkuasa terhadap suatu sistem pemerintahan.

6. Konflik Sosial

Konflik sosial adalah konflik yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat. Misalnya masalah pergaulan, masalah ekonomi, komunikasi, dan lain-lain.

7. Konflik Internasional

Konflik internasional adalah konflik yang terjadi antar negara-negara di dunia, baik itu negara berkembang maupun negara maju. Konflik ini bisa terjadi karena salah satu negara merasa dirugikan oleh negara lainnya atau karena masing-masing negara ingin memperebutkan eksistensinya. Misalnya, perang dingin antara Rusia dan Amerika.

JENIS-JENIS NEGOSIASI

  • Negoisasi Win-win, Negoisasi win-win adalah negoisasi yang menghasilkan keputusan yang menguntungkan untuk kedua pihak.
  • Negoisasi Win-lose, Negoisasi win lose adalah negoisasi yang dimenangkan oleh satu pihak saja.
  • Negoisasi Koersif, Negoisasi yang salah satu pihak nya menggunakan kekuatan untuk menekan lawannya.
  • Negoisasi Manipulative. Pihak yang melakukan negoisasi menggunakan janji-janji dalam bernegoisasi.

MANFAAT  KONFLIK

  • Memberi kekuatan yang positif di dalam menentukan kinerja kelompok
  • Meningkatkan solidaritas antara anggota organisasi.
  • Meningkatkan semangat untuk memberikan usul yang baik.
  • Memberikan semangat organisasi untuk menjadi yang terbaik, bahkan jika tidak adanya sebuah konflik akan menjadi tidak lengkap dalam sebuah organisasi.

CARA MENGELOLA  KONFLIK  DALAM  ORGANISASI

1.  Konflik harus dikelola dengan baik untuk tidak berubah menjadi suatu hal yang negatif, merusak harmonisasi, hubungan kerja antar bagian. Oleh karena itu Pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk mampu mengendalikan konflik, membuat konflik sebagai bagian dari proses kontrol, bagian dari proses untuk menciptakan hasil yang lebih baik. Untuk dapat mengelola konflik menjadi suatu berkah, perusahaan perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut:

  • Mengubah budaya, pola pikir: Masalah diangkat untuk diselesaikan, bukan untuk mendiskreditkan orang.
  • Kita tidak bisa mengubah masa lalu. Masalah sudah terjadi, we can not undo the story. Masalah diangkat untuk menciptakan solusi, menciptakan masa depan yang lebih baik.
  • Pemimpin perlu menekankan pentingnya seseorang untuk berani bicara. Berani bicara artinya peduli, tidak bicara artinya tidak peduli. Hal ini perlu ditekankan karena kita belum terbiasa untuk bicara dengan alasan klasik “tidak enak, takut menyinggung perasaan teman”. Namun pemimpin juga perlu cermat dalam melihat ketulusan seseorang dalam mengangkat suatu masalah.
  • Pemimpin juga perlu melatih seseorang untuk lebih berpikir positif, tidak merasa disalahkan, tidak terlalu defensif saat masalahnya diangkat. Pemimpin harus mengarahkan supaya diskusi tidak difokuskan ke Why, tetapi fokus ke How, menetapkan solusi atas permasalahan yang terjadi.
  • Awal dimulainya proses keterbukaan pastinya akan mendatangkan turbulensi karena kita tidak terbiasa. Pemimpin harus terus mendorong terciptanya budaya ini, jangan mundur, maju terus, hingga akhirnya perusahaan terbiasa dengan keterbukaan.

2. Mempersiapkan Pemimpin untuk berani dan terbiasa dengan konflik.

Tugas pemimpin adalah melakukan perubahan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Dalam setiap perubahan terdapat potensi konflik yang terjadi karena keengganan orang untuk berubah. Semakin besar perubahan yang dilakukan, semakin besar hasil yang bisa dicapai, namun semakin besar pula potensi konflik yang mungkin timbul. Oleh karena itu Pemimpin harus siap dan berani dalam menghadapi konflik.

3. Konflik harus diselesaikan hingga tuntas, tidak sekadar hanya dibicarakan.

Konflik yang tidak diselesaikan akan menjadi api dalam sekam, yang setiap saat bisa meledak. Pemimpin perlu fokus untuk menjadi mediator hingga tercipta solusi atas konflik yang terjadi. Jangan berhenti sebelum tercapai solusi atas konflik. Organisasi yang baik akan melihat konflik sebagai bagian dari proses kontrol, proses demokrasi, bukan bagian dari proses perpecahan, sehingga tidak menjadi over reaktif dengan adanya perbedaan, yang sering kali dianggap sebagai bentuk dari ketidakharmonisan tim.

KONFLIK  YANG  DIHADAPI  GURU, KEPALA SEKOLAH, SISWA DAN ORANG TUA SISWA

Konflik adalah hal yang biasa yg terjadi di sekolah. Setiap saat konflik bisa timbul. Namun mari kita menyederhanakan semua dalam konteks ketiadaan atau kurangnya komunikasi. Konflik apa saja yang biasa dan bisa terjadi di sekolah dan berikut ini jawaban singkatnya

1. Konflik antara orang tua siswa dan guru

  • Cara komunikasi guru yang kurang baik dan profesional
  • Guru berbuat kasar dan menyakiti lahir atau perasaan siswa
  • Orang tua siswa langsung mengadukan guru ke kepala sekolah dan yayasan tanpa sepengetahuan guru yang bersangkutan
  • Guru berbisnis atau meminjam uang pada orang tua
  • Guru kurang komunikatif dan menunggu masalah menjadi besar, sehingga orang tua marah dan frustasi.

2. Konflik guru dengan yayasan di sekolah swasta

  • Guru merasa yayasan tidak menghargai kerja keras guru di kelas
  • Guru merasa yayasan terlalu keras atau kejam kepada guru
  • Guru merasa jika ada kesalahan dirinya langsung dicap buruk
  • Yayasan merasa guru mau enaknya saja dan tidak mengerti kesulitan yayasan

3. Konflik guru dengan kepala sekolah

  • Kepala sekolah dianggap terlalu berorientasi pada uang
  • Kepala sekolah dianggap guru mau menang sendiri dan cenderung tidak mau disalahkan
  • Kepala sekolah pilih kasih dan cenderung takut dengan guru yang kebetulan lebih senior
  • Kepala sekolah senang mengatas namakan ide gurunya, dianggap sebagai idenya sendiri
  • Di depan orang tua murid guru merasa tidak dibela dan malah disalahkan oleh kepala sekolah
  • Guru merasa kepala sekolah kurang kapabel dalam bidang pengajaran dan pendidikan

SOLUSI DAN NEGOSIASI  DALAM  MENYELESAIKAN  KONFLIK YANG DIHADAPI  DIHADAPI  GURU, KEPALA  SEKOLAH,  SISWA DAN ORANG TUA SISWA

  • Sistem komunikasi yang baik dalam internal sekolah (email dan lain sebagainya)
  • Rapat yang rutin dan efektif, mingguan, bulanan atau per semester
  • Yayasan tidak boleh atau terlarang untuk langsung menegur guru
  • Guru dilarang terlalu akrab dengan orang tua siswa (diperlukan kedewasaan dalam hal ini)
  • Semua pihak mau meminta maaf jika salah dan mau belajar
  • Sekolah punya sistem kepegawaian yang jelas adil dan profesional

KESIMPULAN

Konflik tidak dapat dihindari dalam kehidupan sosial karena konflik itu sendiri timbul dari interaksi sosial yang dilakukan masyarakat, yaitu individu yang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Namun, konflik tersebut dapat dicegah apabila antarindividu meyakini bahwa orang lain tidak menimbulkan dampak negatif terhadap dirinya melainkan menganggap orang lain sebagai teman untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan. Konflik itu sendiri dapat diatasi dengan cara melakukan negosiasi. Bentuk negosiasi yang dapat dilakukan dengan cara kompetisi, kolaborasi, penghindaran, akomodasi, dan kompromi

Hal ini perlu diketahui oleh pemmpin dalam suatu organisasi karena implikasi konflik dapat membuat organisasi menjadi konstruktif apabila pemimpin dapat melakukan manajemen konflik dengan baik ataupun juga dapat menjadi dekonstruktif apabila pemimpin  tidak dapat melakukan manajemen konflik.

Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan. Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.

REFERENSI

Carter, Greg Lee dan Joseph F. Byrnes. (2006),  How To Manage Conflict in The Organization. United States: American Management Association,

Gibson, (1997) How To Manage Conflict. Penerj. Masri Maris. Jakarta: Erlangga.

Hayes, John. (2006) Interpersonal Skills at work (2nd Edition) New York Routledge

Jacqueline M. Nolan-Haley, (1999), “Alternative Dispute Resolution”, West Publishing Company.

John Ivencevich dan Robert Konopaske.(2009) Organizations Behavior, Structure, Processes. New York: McGraw-Hil.

Judge, Timothy A. dan Stephen Robbins. (2006) Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Indonesia.

Lewicki R. J. dan J.A.Literer.(1985), Negosiasi. Homewood.

Rahim, M. Afzalur.(2011)  Managing Conflict in Organizations. 4th. New Jersey: Transaction Publisher.

Robbins, Stephen P. (2005), Organizational Behaviour. 11th. New Jersey: Pearson Education Inc.

Stewart,(2003) Regional Guide to International Conflict and Management. Washington D. C.: CQ Press.

Wayne Pace, Don F. Faulos, (2006), Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun