Dalam pelaksanaannya model ini membuka peluang bagi anak untuk berperan dalam berbagai karakteristik kepribadian sehingga memungkinkan adanya eksplorasi perasaan dan ekspresi emosi serta memberikan pengalaman baru terhadap sikap, persepsi maupun nilai-nilai. Selain itu melalui bermain peran yang berbeda-beda, anak dapat melatih keterampilan untuk memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang.
Meier juga mengungkapkan kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri pembelajar.
Menurut Ashiabi, (2000), Upaya pendidik Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Anak Dalam Proses Pembelajaran antara lain :
Acknowledgement Time. Guru dapat mengatur waktu di sela-sela pembelajaran untuk membimbing anak-anak mengekspresikan perasaannya dan melibatkan tentang cara-cara mengatasi perasaan tersebut. Guru mendorong anak untuk mengekspresikan perhatian atau penghargaan kepada orang lain yang bersikap baik kepada mereka.
Feeling Time. Tujuannya adalah membiarkan anak-anak untuk mengemukakan tentang penyebab dari emosi yang dirasakan, apa yang mereka lakukan dengan emosi tersebut, bagaimana mereka berpikir untuk membuat emosi itu berkurang, apa yang dipikirkan mereka tentang cara anak lain dalam menghadapi emosi tersebut.
Affection Activities. Dalam proses pembelajaran, guru dapat membuat beberapa kegiatan dimana anak dapat menunjukkan afeksinya kepada anak lain. Tujuannya ialah mengajarkan anak-anak mengenai bagaimana menjalin pertemanan dan mengekspresikan emosinya secara tepat.
Emotional Management Techniques. Tujuan dari cara ini adalah agar anak dapat mengatur diri dan kemampuannya apabila mengekpresikan emosi negatif di luar kendali dirinya.
Social Problem Solving Approach. Tujuan strategi ini adalah menolong anak untuk menyelesaikan permasalahan dalam hubungan interpersonalnya, dengan melibatkan sifat empati, cara berkomunikasi yang baik, negosiasi, kompromi. Langkah yang dapat digunakan adalah bermain peran dengan membiarkan anak-anak dalam memecahkan masalahnya sendiri.
Karena itu, pembelajaran yang berhasil harus dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar jika siswa mengalami emosi positif, mereka dapat menggunakan tugas-tugas belajar yang baik. Kemudian untuk mengembangkan emosional agar berdampak positif, maka perlu dilakukan upaya proses belajar yang salah satunya dengan menggunakan metode atau kegiatan bermain. Dengan bermain, anak dapat berfantasi sehingga memungkinkannya untuk menyalurkan berbagai keinginan-keinginannya yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata ataupun menetralisir berbagai emosi negatif yang ada pada dirinya seperti rasa takut, marah dan cemas.
Melalui pendekatan tinjauan al-Qur'an yang demikian itu sangat memudahkan kita untuk melihat gambaran tingkah laku manusia dari berbagai dimensi, karena ungkapan al-Qur'an tentang emosional digambarkan langsung bersama peristiwa yang terjadi. dengan realitas kehidupan sehari-hari yang tak lepas dari hubungan intrapersonal, interpersonal, dan metapersonal. Seperti, emosional takut, emosional marah, emosional cinta, emosional gembira, emosional benci, emosional cemburu, emosional dengki, emosional sedih.
Berdasarkan tafsiran psikologi modern jelas tidak lebih berbeda sudut pandangan tentang emosional bahwa perilaku yang terutama dipengaruhi oleh tanggapan mendalam yang terkondisikan suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta dalam bentuk ekspresi tertentu. Sehingga keadaan efektif yang disadari di mana alaminya perasaan seperti kegembiraan, sedih, takut, benci, dan cita (dibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan disadari) serta perasaanperasaan yang dapat mempengaruhi perilaku, dan umumnya mengundang komponen fisiologikal dan kognitif.