Mohon tunggu...
Tulis Ansa
Tulis Ansa Mohon Tunggu... Administrasi - Setiap kesulitan pasti ada kemudahan

Siapapun yang ingin menjadi teman saya dengan cara follow akun ini dengan senang akan saya follow balik 😊 kita sama-sama belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

G.G.P. (Gara-Gara Pentol)

25 Maret 2022   09:05 Diperbarui: 25 Maret 2022   09:12 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Silahkan dimakan neng," kata bapak tua dengan lambat dan serak sambil menyodorkan dua buah gelas plastic yang isinya pentol kuah. Bapak tua itu tersenyum namun terlihat kaku, antara muka dan mulutnya seperti tidak sinkron terlihat jajar genjang. Mukanya terlihat lebih pucat, matanya bulat cekung, dan bibirnya juga terlihat lebih hitam dari orang lain pada umumnya. Liya memandang Tissa, begitu juga dengan Tissa membalas pandangan Tissa.

"Perasaan gue kok aneh ya," Bisik Liya kepada Tissa.

"Perasaan lo aja kali," ketus Tissa, agar ia tidak kelihatan takut padahal ia juga takut.

"Ya emang perasaan gue Tiss, masak perasaaan mantan gue," Liya terlihat kesal selera ingin makan pentol seketika hilang, terlihat Tissa sudah hampir setengah saking laparnya. Liya melihat disekelilingnya kemudian beralih melihat Bapak Tua itu yang sedang memotong sayur karena penasaran lalu Ia mulai bertanya kepada Bapak penjual pentol.

"Bapak jualannya sampai jam berapa ya pak, kok tengah malem begini masih jualan? tanya Liya.

Penjual itu  melihat kearah Liya lalu tersenyum, Liya sedikit gelisah.

Kemudian Bapak tua itu berkata, "Sampai pentol bapak terjual minimal satu porsi neng, itu sudah lebih dari cukup," kata bapak tua.

Liya terkejut mendengar jawaban bapak tua itu,

"Ya ampun, jadi kami orang pertama yang beli pak," Liya menaruh pentol kuahnya di atas meja. Saat itu yang terdengar hanyalah suara jangkrik dan sahutan burung pelatuk. Liya seperti merasakan ada yang tidak beres.

Kemudian Bapak itu menjawab, "Iya neng kalian orang pertama beli," sambil tersenyum sinis pandangannya menoleh kearah Tissa.

Liya pun memandang Tissa,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun