Setengah jam perjalanan kami pun sampai dilokasi kegiatan persis ketika panitia dan peserta lain melaksanakan sholat. kami pun bergegas turun untuk berwudhu meski rasa lelah masih terasa disekujur tubuh. Setelah sholat subuh kami pun dipanggil oleh abang desta. Terlihat mukanya sangat dingin, kami pun saling melempar pandangan dan sudah menduga pasti kami akan introgasi dan dimarahi.
"Alhamdulillah akhirnya kalian selamat, abang kira kalian hilang." Sebuah kalimat yang tidak kami duga. Bang desta segera memeluk kami dengan tangisannya yang terisak, tak sadar air mataku jatuh entah kenapa, yang jelas aku mengingat hal mengerikan yang kami alami. Ia pun mengajak kami ke tepi pantai untuk mengobrol bersama kebetulan saat itu waktunya istirahat dan acara lainnya masih 2-3 jam lagi.
Daun kelapa melambai dengan irama yang lembut seperti mengipasi tuan sang raja yang sedang kepanasan. Cahaya sinar pagi seakan menyambut kami berlima yang sedang duduk diatas pohon kepala yang tumbang.
"Abang tadi malam sangat khawatir pada kalian."
Sebuah kalimat yang keluar dari mulut bang rama, membuat suasana kembali terasa hidup dan Membuat kami semua saling melempar pandangan.
"Gak apa bang, sekarang sudah aman kok, setannya juga udah damai." Jawab Doni tanpa ada beban ketika berbicara."
"Setan.?"
"Iya setan, setan bule bang, anaknya cantik banget, terus ayahnya semalam hampir menembak kami dengan senapang miliknya, andai saja Yasa tidak mengeluarkan Gelang setannya pasti kami udah mati sekarang." Jelas Doni dengan mulutnya yang begitu cepat.
Abang Desta mengkerutkan dahinya seolah berpikir, anak ini pasti udah gesrek, atau halusinasi. Kemudian ia memandangi kami berempat.
"Sepertinya ada yang salah dengan teman kalian satu ini." Bisik Bang desta kepada kami. Terlihat Doni masih meneruskan ceritanya tanpa berhenti.
"Iya bang, Doni habis tersesat semalam, emang rasa sinting." Juki dengan kejahiliannya untuk membuat Doni seolah-olah ia sedang mengarang cerita.
"Buggggg."
Tiba-tiba Yudi pingsan dengan posisi kepalanya dibawah sedangkan kedua kakinya masih tersandar menjulang keatas dibatang kelapa yang kami duduki. Kami berlima langsung terdiam sejenak tak berkutik masih saling melempar pandangan, merasakan perasaan khawatir jika Yudi akan kerasukan. Berbeda dengan Bang Desta ia langsung turun dan membantu Yudi.
"Bang, hati-hati." Seru Doni.
"Eh bantu Yudi, tolong angkat teman kalian, Kita bawa ke..."
"Wrrrkhaaaaaaaaaaaa." Yudi berteriak disaat bang Desta belum selesai berbicara, sontak membuat kami semua terkejut dan langsung turun untuk memegangi tubuh Yudi. Namun sesaat kami ingin turun, tiba-tiba mas Juki diam mematung, memandang kedepan dengan bola matanya berwarna putih. Melihat hal tersebut sontak membuat bulu kudukku merinding kencang seperti tanaman padi.
"Yudi istifar." Seru bang desta dengan memegang kepalanya, sedangkan Juki berjalan perlahan menuju hutan bakau yang berada didekat pantai kesebelah kanan.
"Kalian berdua pegangin Juki, AKu megangin Yudi, Heri Kamu panggil panitia lain suruh kesini. Seru bang Desta namun tiba-tiba ia berteriak.
"Akhhh." Teriakan bang Desta sangat kuat namun tertahan, karena yudi mencekik leher Bang Desta, membuat Heri tidak jadi pergi kelokasi tenda dan ia pun membantu Bang desta agar Yudi melepaskan tangannya.
"Yudi Istifarr, A'uzubillahimonasysyaitonirojim...." Heri pun membaca surah yasin. Sambil memejamkan matanya.
Kami pun dengan sigap memegang kedua tangan Juki, namun dengan hitungan detik dia menepis dengan mengangkat tangannya sehingga kami berdua terlempar dengan jarak yang tidak dekat. Tiba-tiba matanya berubah menjadi merah dan mulutnya mengeluarkan darah hitam yang sangat pekat. Bau amis kian terasa sangat kuat.
"I want his body, this man will die..." kalimat itu keluar jadi mulut suara Juki. Juki pun berlari masuk menuju kedalam Hutan Bakau yang gelap dan menyeramkan dengan begitu cepat langkah kakinya bergerak menjauhi kami.
Ada apa ini, pikirku. Bukannya semalam masalahnya udah selesai. Apa ada hantu lain yang merasuki mereka? Pikirku.
Setelah beberapa saat Yudi pun akhirnya sadar dan terkulai lemah tak berdaya.
"Doni, Heri,kita cari mas juki. Bang desta tolong jagain Yudi ya, sama minta tolong panitia lain." Ucapku. Bang desta yang masih panic dan cemas ia pun menopang Yudi berjalan menuju ke lokasi tenda yang jaraknya tidak begitu dekat sehingga panitia lain tidak tahu atas kejadian ini. sedangkan Aku, Heri, dan Doni mulai bergerak menuju  memasuki hutan bakau dengan kondisi badan lemah dan mata yang masih mengantuk akan tetapi demi teman kami akan tetap untuk menyusul mas juki.
"Ada apa lagi ini bukannya semalam hantunya udah damai, eh tadi dia ngomong apa ya, kok rada aneh bahasanya, hantu itu udah bikin ribet ngomongnya bahasa alien lagi." Ucap Doni.
"Itu Bahasa Inggris." Jawabku sambil menggelengkan kepala. Heran udah belasan taun masih aja ada gak tau.
"Aku tahu artinya, Juki bilang Aku menginginkan tubuhnya. Orang ini akan mati"
"Apaaaa"
Doni dan Heri terkaget.
"Iya makanya kita harus cepat menyusul dia," seruku dengan cepat melangkah kaki untuk memasuki hutan bakau yang sudah dihadapan kami bertiga.
"Ya ampun, hutan ini lebih seram dengan suasana kemarin." Doni tertegun.
Kami pun memasuki hutan tersebut tanpa adanya pengaman apa-apa, terlihat hutannya sangat gelap dan sunyi, karena sinar matahari tidak terlalu menembus karena hutannya yang lebat ditambah sebagian besar tanahnya berair dan lengket. Selain setan yang kami takutkan adalah Binatang Beracun seperti Ular, Kalejingking, dan lain-lain pasti ada disekitar ini.
"Maassss."
"Juki........"
Kami teriak.
"Huhh, Emangnya Setan suka sama laki-laki berkumis ya, terus apa sih bagusnya Juki, udah item, galak, hidup lagi.." celoteh Doni,
"Huss, gak boleh gitu Don, teman kita itu." Tegur Heri...
"Ting ting tong .....ting ting tong....." suara alunan alat gendang pelan terdengar dari kejauhan. Kami pun merapatkan jarak kami, dengan jantung mulai berdebar. Seperti film-film horror dibioskop.
"gak mungkin kan dihutan ada orang main gendang." Ucap Doni dengan suara yang terpatah-patah.
"kita cari sumber suaranya saja." Ajak Heri,"
"Iya, Kita pegangan biar aman."
"Eh sorry ya, gua lembut-lembut begini, tapi masih normal." Ketus Doni.
"Don, kamu mau aku serahin ke hantu habis ketemu Juki." Ucapku, sambil melotot ke doni, ia pun memonyongkan bibirnya.
Suara itu semakin mendekat seiring kami melangkahkan kaki didepan, gemercik air kian bersahutan dengan bunyi suara burung keruak dan burung bersiul seperti siulan manusia. Ada beberapa tanaman yang patah seperti habis dijalani oleh orang.
"Lihat disepanjang jalan ini tanaman liar patah dan rusak, ini pasti bekal jalan Juki." Lirih Heri. Kami pun mengikuti jalan itu dengan lurus semakin masuk kedalam hutan, namun terkejutnya kami, diam tak berkutik, serasa nafas berhenti sejenak. Dihadapan kami terdapat makhluk seram perpaduan antara Tubuh Ular dan kuntilanak berbaju merah darah dengan mata yang besar berwarna hitam pekat, kuku lancip panjang seperti Logan x-men. Namun yang paling aneh dan rambutnya tidak lurus panjang seperti kebanyakan hantu lainnya,melain Kribo besar membuat kesannya semakin menakutkan.
"Lariiii." Teriak doni... kami pun lari berhamburan tidak tentu tentu arah. Sekencang kencangnya. Namun hanya aku dengan Doni yang lari. Setelah agak jauh kami berdua pun berhenti karena tersadar bahwa Heri masih disana ia hanya heran melihat kami dari kejauhan dan ia pun hanya berjalan santai menghampiri kami. Setelah itu hantu ularnya tiba-tiba hilang entah kemana.
Kami berdua hanya gelapan dengan mengatur kembali nafas yang tidak beraturan, sosok hantu itu masih sangat terbayang dikepala.
"Kalian kenapa lari sih." Tanya Heri heran kepada kami.
"kamu gak liat hantu ular tadi." Terang Doni
"Tidak."
"Heri, gak bisa lihat hantu, cuman kita yang bisa, kamu gak ingat debu kuning." Jelasku.
"o iya ya."
Semenjak kejadian malam itu saat mata kami terkena debu kuning masuk kami berempat bisa melihat Hantu kecuali Heri karena ia menggunakan kaca mata.
"kalo gitu kemarin aku pake kacamata aja." Keluh Doni.
"Toloooooooooooong."
Terdengar suara teriakan yang begitu nyaring. Sepertinya suaranya terdengar akrab.
"Ehhh, itu kan suara Juki." Â Ucap Heri.
Kami langsung bergegas mencari suara suara tersebut dan akhirnya kami pun melihat sebuah Gubuk tua sepetak kecil yang kumuh diatas bawah pohon beringin.
"suarannya sepertinya dari situ deh." Ucap Heri.
"Ayo kita kesana," ajakku.
"Kerrumah tua itu." Tukas Doni.
"Iyalah,, mau kemana lagi."
"Yasa, kamu gak ngerasa aneh, disini kan hutan, masak ada rumah disini, jangan-jangan rumah itu rumah setan, gakmau ah." Ucap Doni.
"Iya don tapi mas juki ada disana, kita harus menolongnya."
"takut yas, kamu berdua aja aku nunggu diluar." Ujarnya.
"Oke kamu nunggu disini ya, aku sama heri masuk, kalo ada hantu ular telan lo hidup hidup, jangan marah plus jangan kabur nanti malah nyariin kamu lagi." kataku.
"Eh kampret kamu yas. Aku ikut lah" Kata Doni cemas."
.....
"Kreekekkkk." Suara pintu yang menandakan sudah lama tidak terbuka."
"Mass"
"Jukiiii."
Teriak kami dengan setengah badan masih diluar, namun tidak ada sahutan atau apa.
"kita langsung masuk sajalah." Ujar Heri.
Betapa terkejutnya kami saat memasuki rumahnya ternyata sangat luasss dan memanjang padahal dari luar hanya gubuk sepetak kecil . Â suasana didalamnya agak remang-remang. Dinding yang dipenuhi kepala tengkorak manusia binatang-biatang buas, lampu hias yang besar namun cahayanya redup, meja dan kursi yang terbuat kayu jati. Â Kami pun terus berjalan dengan pelan berharap segera menemukan Juki.
"Perasaanku tidak enak."
Doni kemudian mendahulukan kami berdua.
"perasaan tadi rumahnya kecil banget, kok sekarang besar dan panjang ya." ucap heri, ia kembali menggosok kacamatanya karena terkena debu rumahnya.
"Toloooooong....sakit....."
Kami terdongak dan sangat terkejut mendengar teriakan Juki yang suaranya berasal dari salah satu kamar rumah tersebut.
"Suaranya dari kamar itu." Tunjuk Heri. Suara yang melengking itu berasal dari kamar berwarna kuning pekat,
"Pregg." Pintunya tidak bisa terbuka.
"Coba dobrak" seru Doni. Aku pun mendobrak nya berkali-kali, sepertinya tebal pintu ini sangat kuat.
"Woyy setan, kalau lo laki sini bukain pintunya, Teriak doni "Cemen amat jadi hantu, mumpung gua udah capek ni."
Aku dan heri mengerutkan kening penuh heran.
"You all cannot open this door until you comply with my request., hihihiihhhi" ucap hantu itu menggunakan bahasa inggris ucapannya begitu menyeramkan.
Membuat bulu kudukku merinding. doni ternyata bersembunyi dibelakang kami berdua.
"Dasar." Ucapku sambil melepaskan tangan doni di bahuku.
"Kayaknya hantunya cewek." Ucap Heri. Kali ini Ia bisa mendengar suara hantu itu, mungkin karena rumah ini adalah dunia hantu itu, dan kami telah memasukinya atau kena debu rumah tadi, entahlah.
"Kumenangiiiiiiis..........."
"Don, kamu ngapain nyanyi sih" tegurku. Karena kondisinya ngga tepat aja.
"Aku gak ngerti apa yang dibicarakan hantu itu, kenapa semua hantu pake ngomong bahasa asing, emang mereka setan bule semua apa."
"Hmmmm" aku bergumam tak berkutip.
"Kamu mau apa dari kami, jangan sakiti teman kami." Ucapku dengan merasa geram, ini setan dari semalam gangguin kami terus.
"Hihihihhhhi, kalian harus mengambil gelang mili punya saya dari king drugsa dalam waktu 2 jam, kalau tidak temanmu akan aku jadikan tumbal dan mati." Ucapnya.
Dengan suara yang sangar dan berat namun yang membuat kami tercengang ia ternyata bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia meski tidak sesuai dengan EYD.
"Jangan sakiti teman kami!" Teriakku dengan spontan. entah gelang seperti apa yang di inginkankannya, apakah gelang itu sama dengan milik setan wanita di pabrik semalam, atau beda lagi dan siapa itu King drugsa?..
"Kamu bisa bahasa Indonesia?." Tanya Heri dengan sopan.
"Iyalah memangnya aku kayak teman satumu yang goblok itu."Ucap hantu itu dengan sangat jelas dan penuh makna tersirat.
Aku dan Heri melempar pandangan kepada Doni.
Doni terdiam membisu sejenak.
"Kurang ajar kamu tan, sini keluar kalau berani. Lagian kamu kan setan, ya ambil sendiri lah gelangnya, masak setan takut sama setan, kamu gak tau kami itu capek, lelah! kami Belum tidur semalaman." Seru doni ia seperti udah kelewat hati untuk melawan hantu itu.
"Terserah kalau kamu mau temanmu mati." Ancam hantu itu.
"Aaaaaaakhhhkhkk, tolong!."
Teriakan suara Juki dengan suara parau seperti seseorang sedang dicekik.
"Stoop, oke kami akan mencari gelangmu namun kasih tau kami lokasinya dan siapa itu King Drugsa?" tanyaku.
Kemudian suasana hening sesaat dan hantu berkata..
"King Drugsa adalah raja dari hutan pohon pisang berkulit kuning yang berada diujung hutan ini kearah timur, dia hantu yang paling kuat diwilayahnya, ia ingin menikahiku namun aku tidak mau, maka gelangku diambilnya ,gelang itu adalah gelang kehidupanku didunia hantu. kalau gelang itu tidak berada ditanganku sebelum matahari berada ditengah-tengah  tepat diatas kepala, maka aku akan menjadi hilang dimuka bumi ini."
"Alhamdulillah, kalau gitu gak usah kita ambil biar kamu mampus.." Seru doni.
"AAAAAAkh." Suara teriakan Juki semakin kencang..
"Kalau kalian tidak bisa mengambil gelangku dalam waktu 2 jam dari sekarang aku akan pastikan temanmu ini akan menjadi hantu juga!" ancamnya kembali.
"Eh jangan.. tadi aku bercanda kok, jangan jadikan Juki hantu please, jadi manusia aja serem apalagi dia jadi hantu, yang ada malah aku digangguin terus."
"Kampret kamu don." Ucap dari balik pintu dengan pelan dan lirih, itu suara Juki.
"Ingat kelemahannya terletak sebuah batang pohon pisang yang punya satu biji buah pisang berbentuk buah timun, hanya manusia yang bisa menyentuhnya kemudian kalian hancurkan timun itu".
Aku dan lainnya hanya diam tak berkutip mendengar suatu pernyataan yang tidak masuk akal."
"Cepat!"
Teriak hantu.
"Iyaa kami akan cari, memang beneran setan lo." Gubris Doni.
*Hmmm maapin ceritanya ges, Â yang penting hori, (hosil sendiri) hehe.. Â Apasih
Cerita selanjutnya comengson.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H