d) Tanggung jawab: Tahap ini coachee membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.
7) Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching
Paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan adalah pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Strategi untuk mencapai hal tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.
Prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching: 1) kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru; 2) konstruktif; 3) terencana; 4) reflektif; 5) objektif, 6) berkesinambungan, dan 7) komprehensif. Â Pelaksanaan supervisi akademik ada tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. Salah satu bagian dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas atau supervisi klinis. Siklus dalam supervisi klinis: 1) pra observasi, 2) observasi, dan 3) pasca observasi. Hal ini berguna untuk membangun hubungan guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan diri dan membantu perbaikan atau pengembangan dari hasil refleksi supervisor dan guru.
Kegiatan supervisi akademik tidak berhenti saat rangkaian supervisi klinis selesai. Namun harus dilanjutkan dengan proses tindak lanjut yang meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran. Kegiatan tindak lanjut dapat berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan KKG di sekolah, fasilitasi dan diskusi, dan kegiatan lain secara berkala sesuai kebutuhan pengembangan diri.
2. Emosi-emosi yang Dirasakan Terkait Pengalaman Belajar
Dalam mempelajari modul 2.3 saya merasakan ketertarikan untuk memahami modul dengan berbagai tantangan tumpukan pekerjaan, namun tetap optimis bisa menyelesaikan tugas-tugas di dalamnya. Terlebih ada ruang kolaborasi untuk saling berbagi dan share pengalaman, terutama ada kolaborasi yang begitu baik saat praktik coaching sebagai coach maupun coachee. Demikian juga ketika praktik coaching dengan tiga peran sekaligus, yaitu sebagai coach, coachee, dan observer. Dengan adanya praktik coaching semakin memudahkan memahami coaching dengan prinsip, paradigma, kompetensi inti, dan alur TIRTA dalam coaching.
3. Keterlibatan dalam Proses BelajarÂ
Dalam proses belajar modul 2.3 hal baik yang saya rasakan adalah keterlibatan seluruh CGP dalam setiap alur pembelajaran modul. Terlebih dalam praktik coaching dengan pelibatan 3 peran. Masing-masing bisa mengesampingkan ego, meluangkan waktu dan tenaga untuk berkolaborasi dalam praktik. Padahal CGP terdiri dari berbagai unit kerja, jenjang pendidikan, dan tentunya kesibukan pada unit kerja masing-masing. Pada akhirnya saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan tugas.
4. Perbaikan Keterlibatan dalam Proses Belajar
Dalam praktik coaching sebagai coach perlu menggali lebih dalam dengan pertanyaan-pertanyaan berbobot yang bisa memantik coachee untuk terbuka. Sehingga coachee bisa menemukan solusi atas permasalahannya. Dalam hal ini kita harus punya wawasan dan literasi yang baik agar bisa memenuhi kebutuhan dari coachee.