- Kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003).
- Bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif (International Coach Federation).
2) Coaching dalam Konteks Pendidikan
Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai "pamong" dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.Â
Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Paradigma berpikir among dalam coaching adalah 1) coach dan coachee adalah mitra belajar, 2) emansipatif, 3) kasih dan persaudaraan, dan 4) ruang perjumpaan pribadi.
3) Paradigma Berpikir Coaching
Paradigma berpikir coaching yaitu: a) fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, b) bersikap terbuka dan ingin tahu, c) memiliki kesadaran diri yang kuat, dan d) Mampu melihat peluang baru dan masa depan.
4) Prinsip Coaching
Prinsip coaching yaitu: a) kemitraan, b) proses kreatif, dan c) memaksimalkan potensi.
a) Kemitraan: Dalam coaching posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra, artinya setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri.
b) Proses kreatif: Proses kreatif dilakukan melalui percakapan, yang bersifat i) dua arah, ii) memicu proses berpikir coachee, dan iii) memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.